Tenggarong, Kaltim, (ANTARA News) - Menerima amplop tenyata tidak boleh sembarangan, harus dicek dulu apa kira-kira isinya, paling tidak itulah yang dialami oleh petinju putri asal Sumatera Utara (Sumut), Sadarmawati, yang meraih medali emas kelas 46 Kg PON XVII Kaltim 2008. Pada pertandingan 14 partai final, di GOR Bela diri kompleks stadion utama Perjiwa, Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara, Senin malam, setiap dua atau tiga partai final lalu diselingi upacara penghormatan pemenang (Upp), alias pengalungan medali kepada para juara. Acara itu lazimnya ditandai dengan pengalungan medali, pemberian boneka maskot PON, serta piagam oleh Panpel, pengurus cabang olahraga dari darah asalnya, atau dari PP Pertina. Medali, boneka, dan piagam yang terbungkus dalam amplop warna itu biasanya disiapkan oleh tiga muda-mudi yang bertugas khusus pada Upp, lengkap mengenakan pakain adat masyarakat Dayak, Kaltim. Nah, ketika tiba pada giliran usai pembagian medali kelas 46 Kg putri itu, yang kebetulan dilakukan oleh Ketua Umum KONI Sumut, Gus Irawan Pasaribu, para juara meninggalkan ring, dilanjutkan pertandingan partai final berikutnya, tiba-tiba petinju asal Sumut, Sadarmawati berlari menuju meja sekretariat petandingan, bagian pengolah data. Sambil napas masih terengah-engah karena dalam suasana meluapkan kemenangan, sambil menggendong boneka dan kalungan medali, petinju tadi mengatakan ke Panpel bahwa amplop yang diterimanya, yang seharusnya berisi piagam ternyata kosong. "Pak,...Pak..., ini amplopnya kok kosong....?," kata petinju tadi. Seorang anggota Panpel dari PP Pertina yang menerima komplin itu, sambil tertawa terpingkal-pingkal langsung mengarahkan petinju itu untuk segera menghubungi pihak sekretariat panitia pelaksana pertandingan di ruangan dalam gedung yang tidak jauh dari lokasi pertandingan. "Wah.., amplopnya kosong ya...?, coba anda langsung ke ruang sekretariat saja ya," kata petugas itu, dan petinju tadi memenuhi sarannya. Sadarmawati meraih medali emas kelas 46 Kg setelah di final mengalahkan petinju Papua, Nur Cahya D, dengan angka cukup telak, 23-8.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008