Baghdad, (ANTARA News) - Jutaan warga Irak yang terlantar akibat konflik sektarian masih berjuang untuk mendapatkan pangan, tempat berlindung dan pelayanan dasar seperti air dan perawatan kesehatan, ungkap Organisasi untuk Migrasi Internasional sebagaimana diberitakan Reuters. Dalam peninjauan kembali pertengahan-tahun yang didistribusikan Kamis malam, badan bantuan yang bermarkas di Jenewa itu mengatakan sekelompok kecil warga Irak telah meninggalkan rumah mereka, tapi kira-kira 2,8 juta warga Irak yang terlantar di dalam negeri menghadapi kondisi kehidupan yang memburuk. Hampir tigaperempat dari mereka tidak dapat memperoleh akses secara tetap pada catu pangan pemerintah tempat mereka bergantung, sepertiganya tidak dapat memperoleh obat yang mereka butuhkan dan 14 persen tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan samasekali. "Kondisi memburuk yang dihadapi...orang yang terlantar secara internal di Irak (IDPs), dan juga penduduk yang kembali yang terbatas, tetap merupakan salah satu krisis kemanusiaan yang paling serius di dunia," kata IOM. Badan itu menambahkan bahwa meskipun angka keterlantaran menurun dengan cepat dan sejumlah pengungsi telah pulang, sebagian besar masih sangat mengkhawatirkan serangan sektarian untuk mempertimbangkan pulang. "Beberapa orang menghadapi harga sewa yang meningkat, sejumlah orang lainnya yang tinggal di bangunan umum mengkhawatirkan pengusiran, atau tinggal di pondok lumpur sederhana. Banyak dari mereka yang pulang menghadapi kondisi sedikit-dikitnya semenyedihkan yang mereka alami ketika terlantar. Sekitar 40 persen warga Irak yang terlantar telah mencoba untuk pulang, hanya untuk mendapati milik mereka diduduki atau hancur. (UU.S008) (Uu.SYS/C/S008/C/S008) 19-07-2008 00:35:59 NNNN

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008