Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memutuskan menaikkan suku bunga pinjaman dan deposito masing-masing berkisar satu persen menyusul kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dan inflasi. "Mulai Senin (28/7) suku bunga pinjaman dan deposito akan kami naikkan sekitar satu persen," kata Presiden Direktur BCA D.E Setijoso, di Jakarta, Kamis. Dengan demikian suku bunga pinjaman BCA akan berada pada kisaran 12-14 persen, sedangkan suku bunga deposito berada pada level 6-8 persen. Ia menjelaskan, keputusan menaikkan suku bunga tersebut disesuaikan dengan kebijakan BI menaikkan BI Rate dan tingginya inflasi yang tercermin dari naiknya Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu tiga bulan di atas kisaran 9,2 persen, dan SBI jangka waktu enam bulan di atas 10,2 persen. Selama semester I 2008 BCA total portofolio kredit mencapai Rp95,6 triliun, naik 49,5 persen dibanding semester I 2007 yang tecatat Rp82,57 triliun. Dari total porfolio kredit BCA tersebut kredit korporasi memberikan kontribusi terbesar yaitu Rp40,88 triliun atau tumbuh 64,5 persen dari sebelumnya Rp24,85 triliun, disusul kredit komersial dan UKM Rp37,43 triliun tumbuh 33,2 persen, dan kredit konsumsi sebesar Rp17,32 triliun atau tumbuh 55,9 persen. "Tingginya kredit korporasi didorong meningkatnya permintaan di sektor telekomunikasi, pertanian, dan pertambangan. Sedangkan membaiknya kredit konsumsi dipicu hasil peluncuran program-program Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang agresif," kata Setijoso. Khusus KPR BCA selama semester I 2008 tumbuh 47,5 persen menjadi Rp9,4 triliun, sedangkan KKB melonjak 95,4 persen menjadi Rp5,8 triliun. Menurut Setijoso, ada kemungkinan KPR dan KKB BCA pada semester II 2008 tidak akan tumbuh sebesar semester I 2008 karena tingginya suku bunga dan daya beli masyarakat yang menurun. "Dalam enam bulan pertama tahun ini belum terjadi penyesuaian terhadap BI Rate dan inflasi, sehingga realisasi pinjaman KPR dan KKB masih cukup tinggi," katanya. Meski begitu ia memperkirakan pada semester II 2008 permintaan kredit konsumsi masih relatif tinggi, namun sesuai dengan arahan BI bahwa perbankan harus mencoba memperketat pinjaman dengan cara tidak terlalu ekspansif. "Kita akan sejalan dengan BI yaitu selektif untuk memberikan pendanaan. Yang penting BCA akan menetapkan prinsip kehati-hatian dengan melakukan evaluasi, manajemen kredit, dan menjaga ketersediaan likuiditas," katanya. Lebih lanjut dijelaskan, di tengah ketidakpastian yang disebabkan perubahan kondisi makroekonomi seperti sekarang ini yang sulit bagi BCA adalah mempertahankan nasabah yang telah ada yang masuk kategori "unuse facility" yang jumlahnya senilai Rp30 triliun. "Mencari nasabah baru itu bisa, namun mempertahankan yang sudah ada itu bisa menjadi sulit," katanya. Dengan demikian ujarnya, BCA akan selalu memusatkan perhatian pada pengembangan franchise value dan menerapkan strategi berimbang dalam mengelola likuiditas dan profitabilitas. Sedangkan dana pihak ke tiga tumbuh 19,3 persen menjadi Rp190,5 trilun dari semester I 2007 sebesar Rp162,25 triliun. DPK semester I 2008 merupakan kontribusi tabungan Rp96,6 triliun tumbuh 25,7 persen, giro Rp47,87 triliun tumbuh 29,8 persen, dan deposito Rp45,99 triliun. Menurutnya, pada periode tersebut aktivitas transaksi BCA juga meningkat didorong kenyamanan nasabah akan layanan payment system dan bertambahnya ragam produk dan jasa transaksi. Nilai transaksi nasbah melalui ATM selama semester I 2008 tercatat Rp388,2 triliun meningkat 25,8 persen dibanding periode sama 2007, sedangkan nilai transaksi internet banking tercatat Rp448,9 triliun atau meningkat 78,6 persen.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008