Jakarta (ANTARA News) - Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2008 bisa mencapai di atas 6 persen. "Kami melihat ekonomi Indonesia bisa tumbuh di atas 6 persen tahun ini, ini sehat mengingat kondisi global saat ini yang kurang menggembirakan," kata Sekjen OECD, Angel Gurria, di Jakarta, Kamis. Namun, sama dengan negara-negara lain di dunia, menurut OECD, Indonesia juga menghadapi tekanan harga bahan pokok yang mendorong meningkatnya laju inflasi. "Rekomendasi yang kami berikan adalah bahwa kebijakan moneter harus tetap kredibel, dan harus bisa mengamankan pertumbuhan ekonomi jangka menengah dan panjang," katanya. Menurut dia, otoritas moneter dan pihak terkait lainnya harus waspada dan gesit melakukan tindakan antisipatif. Pengalaman di banyak negara menunjukan bahwa tingkat inflasi tinggi mengakibatkan spread suku bunga negatif yaitu tingkat bunga lebih rendah dari tingkat inflasi. "Indonesia harus bisa memanfaatkan keadaan, ketika pertumbuhan ekonomi masih baik, tidak apa-apa menaikan suku bunga, dan ketika rupiah menguat Indonesia harus mengoreksi suku bunga itu dan saat bersamaan harus mengejar ketertinggalan," katanya. Menurut dia, dalam kondisi pertumbuhan ekonomi masih tinggi sementara inflasi juga tinggi, maka kenaikan suku bunga merupakan langkah yang masih baik. Namun ketika pertumbuhan ekonomi rendah sementara inflasinya tinggi, kemudian suku bunga dinaikkan, maka itu bukanlah cara yang tepat. "Kebijakan suku bunga itu harus forward looking sebagai antisipasi. Jika pertumbuhan ekonomi terlanjur rendah dan inflasinya tinggi, maka akan sulit untuk menaikan suku bunga," jelasnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008