Makassar (ANTARA News) - Pentas karya teater bertajuk "Jiwa Mala" besutan Shinta Febriaty di Societet de Harmonie, Makassar, Jumat malam, menyuguhkan cerminan manusia yang mengalami depresi yang kompleks. Shinta, seniman perempuan yang sudah malang melintang di dunia teater di Sulsel hingga ke negeri Kanguru ini, mencoba memaparkan kisah Indonesia yang disebut sebagai negeri yang ajaib. "Di negeri yang ajab ini, kita terus dihadapkan dengan krisis, bencana alam, konflik politik yang berujung pada anarkisme, sekelompok besar kisah tak berakhir tentang korupsi, kebrutalan terhadap sesama atas nama agama, himpitan ekonomi yang tak terelakkan sebagai implikasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak, telah menjadi pemicu depresi kompleks pada seseorang," kata Shinta yang dikenal `bertangan dingin` membina anak-anak sanggarnya. Meski hanya sedikit perempuan yang mampu menjadi direktur artistik sekaligus penulis naskah, namun Shinta mencoba menampilkan suguhan terbaik bagi penikmat seni. Hal itu terlihat pada karya `Jiwa Mala` yang diperankan sejumlah aktor yang menelusuri pengalaman personal di kalangan masyarakat. Penelusuran tersebut ditampilkan dihadapan penonton tidak dalam sebuah jalinan cerita yang runtut melainkan adegan-adegan itu menjelma sebagai montase yang menuju pintu yang sama. Peristiwa dramatik yang terurai melalui adegan demi adegan terpapar di berbagai lokasi dan suasana, seperti di sebuah ruangan keluarga, jalan raya yang bising, di rumah sakit yang kelam, di sebuah terowongan dimana pengidap depresi mengungkapkan segala yang tak tertanggungkan oleh jiwanya. Sang tokoh depresi itu pun sesekali mempertanyakan ihwal yang pernah mereka alami yang kemudian menjelma menjadi ilusi, "Apakah aku pernah mencintai seseorang? Apakah aku pernah mencintaimu? Pernahkah kita bersama menjumpai pagi? Pernahkah cintaku menyakitimu?"(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008