Teheran (ANTARA News) - Iran dan Irak Ahad untuk pertama kalinya menyelenggarakan pertemuan kebudayaan, yang dihadiri sejumlah tokoh agama dan kebudayaan. Ketua Organisasi Hubungan Kebudayaan Islam Iran, Mehdi Mostafavi dan Wakil Menteri Kebudayaan Irak Jabir al-Jabiri turut hadir dalam pertemuan itu. Dalam pidatonya dalam pertemuan itu, Mostafavi mengatakan, "Iran dan Irak mempunyai kaitan akar yang dalam di bidang sejarah dan kebudayaan dan bahwa tak ada seorangpun yang akan bisa memisahkan mereka." "Hari ini, kaum Muslim bertanggungjawab atas kebutuhan kebudayaan di dunia, terutama di Timur Tengah," katanya menambahkan. Menyinggung Pekan Kebudayaan Irak yang diselenggarakan di Teheran pada 22 Juli, dia mengatakan bahwa secara resmi hubungan-hubungan membuka pintu untuk membina saling hubungan. Al-Jabiri, pada bagian lainnya, menyatakan kegembiraannya dengan adanya pertemuan yang `menjadikan kedua bangsa semakin erat.` Menyinggung setelah perang Iran-Irak delapan tahun, yang dikomando Amerika Serikat (1980-1988) yang merusak kedua bangsa, dia mengatakan, bahwa perang Iran-Irak sebenarnya ditimpakan kepada rakyat Irak daripada kepada rakyat Iran. "Bangsa Irak tidak tertarik dalam perang Iran-Irak, tetapi mereka dipaksa untuk melakukan tindakan militer terhadap Iran oleh kekuatan tertentu." Meskipun demikian, kedua negara sekarang telah melupakan bencana perang itu dan kini menggalang persatuan, katanya menambahkan. Memuji keramahtamahan Iran yang diberikan kepada delegasi Irak, dia berharap, bahwa kedua bangsa akan saling menikmati hubungan yang abadi., demikian IRNA.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008