Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menyalurkan kredit selama semester I 2008 sebesar Rp99,02 triliun, naik 26,6 persen dibanding semester I 2007 sebesar Rp78,25 triliun. "Meningkatnya penyaluran kredit didorong ekspansi pinjaman antara lain sektor UKM dan kredit konsumer," kata Dirut BNI Gatot M Suwondo, pada paparan Kinerja BNI Semester I 2008, di Jakarta, Selasa. Menurut Gatot, dari total kredit Rp99,02 triliun periode Juni 2008, sebanyak 46 persen atau sekitar Rp45,55 triliun disalukan ke sektor UKM meningkat dibanding Juni 2007 sebesar Rp32,87 triliun. Sektor konsumer 16 persen atau sekitar Rp15,84 triliun meningkat dari Rp10,96 triliun tahun sebelumnya, sedangkan alokasi kredit ke sektor korporasi tercatat Rp28,71 triliun atau turun 29 persen dibanding periode sama tahun 2007. Sementara pembiayaan dalam bentuk syariah sebanyak 3 persen atau Rp2,97 triliun. Pertumbuhan pinjaman yang tinggi tersebut memberikan hasil positif berupa kenaikan pendapatan bunga bersih (net interest margin/NIM) sebesar 39 persen Rp3,33 triliun menjadi Rp4,63 triliun. Dengan demikian, rasio NIM BNI tercatat meningkat dari sebelumnya 4,4 persen menjadi 6,1 persen. Di sisi penghimpunan dana masyarakat selama semester I 2008 perseroan berhasil membukukan Rp140,26 triliun. Dana diperoleh dari tabungan yang naik 24,3 persen dari posisi Rp40,25 triliun semester I 2007 menjadi Rp50,04 triliun. Deposito yang merupakan sumber dana mahal turun dari Rp61,43 triliun menjadi Rp55,7 triliun. "Dengan demikian komposisi dana BNI didominasi sumber dana murah (tabungan dan giro) sebesar 60 persen dan sumber dana mahal (40 persen). Ini sejalan dengan strategi rekomposisi dana untuk mengurangi biaya dana (cost of fund)," kata Gatot. Lebih jauh dijelaskannya, secara keseluruhan membaiknya kinerja keuangan BNI akhir triwulan II 2008 juga didorong penerapan manajemen risiko yang hati-hati, terlihat dari penurunan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) menjadi hanya 1,7 persen dari triwulan I 2008 sebesar 5,4 persen. Tingkat kolektibilitas kredit disalurkan sebesar Rp99,023 triliun, sebanyak 84,3 persen masuk kategori lancar, delapan persen dalam perhatian khusus, sedangkan kredit kategori kurang lancar, diragukan dan macet (NPL) hanya mencapai 6,3 persen. Menurut Suwondo, NPL semester I 2008 sebesar Rp7,6 triliun rata-rata merupakan NPL bawaan dari tahun sebelumnya yang sebelumnya telah mendapatkan fasilitas restrukturisasi. "Secara keseluruhan NPL membaik karena kinerja keuangan debitur yang semakin membaik serta kondisi makro ekonomi yang mendukung, meskipun ada debitur-debitur yang seharusnya masuk ke BPPN ketika di masa krisis ekonomi, namun tidak dipindahkan," ujar Suwondo. Meski berhasil membukukan rasio keuangan yang lebih baik, tetapi laba Bank BNI semester I 2008 tercatat Rp439 miliar, turun 57 persen dibanding laba periode yang sama 2007 sebesar Rp1,020 triliun. Namun Suwondo menegaskan, bahwa penurunan laba bersih tersebut lebih karena melonjaknya beban penyisihan penghapusan aktiva (PPA) sebesar 116 persen dari hanya Rp998 miliar menjadi Rp2.154 triliun. Akibat dari kenaikan PPA itu rasio pencadangan (coverage ratio) hingga akhir Juni 2008 telah mencapai 99,5 persen berarti lebih cepat dari target pencapaian coverage rasio sebesar 100 persen di akhir 2008. "Dengan tercapainya tingkat provisi yang ditargetkan itu, maka semester II 2008 diharapkan BNI tidak lagi akan dibebani beban provisi yang tinggi, sehingga kinerja laba akhir tahun diharapkan akan jauh lebih baik dibanding pencapaian akhir 2007," ujarnya. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008