Bandung (ANTARA News) - Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Jawa Barat menilai kebijakan pemerintah menerapkan program e-book (buku elektronik) tidak adil dan secara langsung dapat mematikan pengusaha di bidang penerbitan buku. Kepada wartawan, di Bandung, Rabu, Ketua Ikapi Jabar Anwaruddin, mengatakan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan gegabah sehingga menuai protes dari kalangan pengusaha penerbit buku. "Kami minta program e-book dikaji ulang, karena secara langsung akan berdampak terhadap kelangsungan pengusaha di bidang penerbitan. Apakah itu kebijakan yang adil dan berpihak kepada masyarakat," katanya. Dia mengaku hingga saat ini belum ada penerbit yang bangkrut terkait dengan penetapan program e-book, namun ke depan tidak menutup kemungkinan beberapa penerbit akan gulung tikar karena terimbas dengan program e-book. Dijelaskannya, program e-book juga tidak akan menolong murid dan pelajar dari kalangan warga miskin. "Untuk mendapatkan program e-book ini tidak mudah. Siswa harus memiliki komputer dan fasilitas internet untuk men-download-nya. Sebaliknya, hanya orang-orang tertentu yang bisa memanfaatkan program tersebut. Apakah kebijakan itu menolong warga miskin," paparnya. Hal senada juga dikatakan pakar informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) Tutun Juhana. Menurutnya program e-book, baru akan berjalan efektif jika seluruh pelajar tingkat SD dan SMP, termasuk yang ada di pedesaan, dibekali ilmu komputer sekaligus penggunaan internet. Ia menilai program Depertemen Pendidikan Nasional itu baru bisa dimanfaatkan oleh pelajar di kota yang setiap harinya kerkecimpung dengan komputer. Sebaliknya pelajar di pedesaan tidak semuanya mengerti komputer. "E-book ini sifatnya paperless, namun bagi yang tidak memiliki media untuk mengakses pelajaran dalam e-book harus mencetaknya melalui fasilitas komputer. Jadi komputer dan jaringan internet sangat vital," ujar Tutun yang juga Kepala Riset Telematika ITB. Untuk itu, kata Tutun, departemen terkait harus bisa menyediakan infrastruktur penggunaan e-book di sekolah yang berada di pedesaan, sehingga e-book bisa dinikmati pelajar dari berbagai daerah dan kalangan secara paperless. Selain itu, kata dia, server untuk menghandel request harus sepadan dengan jumlah permintaan. "Saya sendiri pernah mencobanya nge-download program itu, namun lama sekali. Mungkin karena servernya yang belum memadai," tukasnya. Menurutnya kelebihan e-book yaitu selain gratis juga mudah dibaca di mana saja. "Program ini juga bisa diakses dengan menggunakan PDA. E-book sangat baik karena masyarakat sekarang sangat membutuhkan buku yang gratis, namun harus dibarengi dengan fasilitasnya," demikian Tutun.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008