Jakarta (ANTARA News) - Kabupaten Karawang, Jawa Barat, kini menjadi incaran para pengusaha yang ingin menanamkan modalnya di bidang bisnis pemakaman eksklusif, kata Bupati Karawang Dadang S.Muchtar. "Sudah ada beberapa pengusaha yang mengajukan permohonan bisnis pemakaman eksklusif, tapi sampai saat ini saya baru memberikan ijin kepada tiga perusahaan dengan total luas sekitar 500-an hektare. Sementara tiga perusahaan itu saja dulu yang dapat ijin karena lahan 500-an hektare tersebut juga belum seluruhnya tergarap," kata Dadang S. Muchtar di Karawang, Kamis. Menurut Dadang, ketiga perusahaan yang telah mendapat ijin yakni Taman Pemakaman San Diego Hills (SDH), yang juga anak perusahaan PT.Lippo Karawaci, Tbk, seluas 310 hektare, sebuah perusahaan milik pengusaha Tommy Winata seluas 150 hektar, serta sebuah perusahaan milik pengusaha lokal Karawang, Amin Supriyadi yang bekerjasama dengan investor Malaysia, dengan izin seluas 100 hektare. "Yang paling siap dari segi infrastrukturnya adalah SDH, sementara perusahaan milik Tommy Winata masih sedang mempersiapkan infrastrukturnya," kata Dadang Muchtar seusai acara pencanangan gerakan tanam pohon bersama bertajuk "SDH Go Green" bersama anak-anak SD, SMP serta panti asuhan di SDH. Menurut Muchtar, investasi usaha lahan pemakaman eksklusif di Karawang sangat bermanfaat bagi pendapatan asli daerah (PAD), merujuk pada pendapatan pajak bumi dan bangunan (PBB) yang akan dibayar SDH tahun ini sekitar Rp1,2 miliar. Pada kesempatan itu, Bupati juga meminta SDH untuk menyumbangkan lahannya seluas lima hektare di kawasan Karawang Susun Barat untuk dijadikan pintu masuk dan jalan antar kawasan, karena masih ada enam kawasan industri seluas 1.500 hektare di sekitar SDH yang masih terbengkalai. Sementara itu, Presiden Direktur PT.Lippo Karawaci Tbk , Eddy Handoko, pada kesempatan sama menyatakan, SDH saat ini telah mengembangkan kawasan pemakaman tahap II seluas 25 hektare, setelah sukses menjual 90 persen dari total kawasan lahan pemakaman tahap I yang juga seluas 25 hektare.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008