Semarang, (ANTARA News) - Peredaran uang palsu di Semarang dari tahun ke tahun terus meningkat, bahkan pada Juni 2008 jumlah uang palsu yang beredar mencapai 50 persen dari tahun 2007. Peneliti ekonomi madya Kantor Bank Indonesia (BI) Semarang, Wuryanto, di Semarang, Jumat menyebutkan tahun 2007 ada 6.057 lembar uang palsu dengan nominal Rp387.730.000,00, sedangkan Juni 2008 sudah mencapai 3.518 lembar dengan nominal Rp193.910.000,00. Peningkatan pada tahun 2008 sudah nampak jika dibandingkan pada Juni 2007 yang hanya 2.370 lembar uang palsu. "Dari tahun ke tahun memang peredaran uang palsu terus mengalami peningkatan," katanya. Berdasarkan data BI, indikasi peredaran uang palsu yang meningkat pada tahun 2008 karena terdapat momen besar, seperti pemilihan umum. Tahun 2004, lanjut Wuryanto, peredaran uang palsu sebanyak 6.369 dengan nominal Rp437.100.000,00, padahal setahun sebelumnya pada 2003 hanya 2.579 lembar dengan nominal Rp133.360.000,00. Tahun 2001 yang palsu hanya 1.905 lembar dengan nominal Rp72.040.000,00 lalu meningkat pada tahun 2002 sebanyak 2.045 lembar dengan nominal Rp83.895.000,00. "Indikasi meningkatnya peredaran uang palsu pada tahun ini juga sudah terlihat," katanya. Pada 22 Juni 2008, Jateng menggelar pesta demokrasi pemilihan gubernur dan pemilihan kepala daerah tingkat kabupaten/kota. "Uang palsu meningkat pada pemilihan umum karena pada masa-masa itu, memang biasanya diperlukan uang tunai," katanya. Untuk mengantisipasi meningkatkan peredaran uang palsu tersebut, BI terus melakukan sosialisasi ke masyarakat untuk memberikan informasi mengenai ciri-ciri uang palsu. "Harapannya, masyarakat tahu perbedaan uang palsu dengan uang yang asli," katanya. Kesadaran masyarakat untuk tidak mengguakan uang palsu tersebut, tambah Wuryanto, terlihat sudah tinggi. Ia mencontohkan, di sejumlah tempat seperti di SPBU atau tempat perbelanjaan, sudah ada pemeriksaan sebelum menerima uang dari masyarakat. "Selain sosialisasi ke masyarakat, kita juga sudah kerja sama dengan kepolisian," katanya. (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008