Bengkulu (ANTARA News) - Masjik Jamik yang dirancang dan dibangun oleh mantan presiden pertama RI, Soekarno (Bung Karno) dijadikan sebagai obyek wisata sejarah dan religius. Kepala Dinas Periwisata Provinsi Bengkulu Edi Nevian di Bengkulu, Minggu menjelaskan, masjid yang berdiri megah di pusat Kota Bengkulu itu, merupakan kenang-kenangan dari Bung Karno semasa menjalani pengasingan di Bengkulu. "Masjid ini didesain dan dikerjakan pembangunannya oleh Bung Karno, sebagai seorang arsitek. Bangunannya banyak mempunyai ukiran yang bernilai tinggi," katanya. Masjid yang dibangun oleh Seokarno pada tahun 1938 tersebut, kini telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya, dan merupakan peninggalan sejarah bernilai tinggi. Masjid yang terletak di Kota Bengkulu itu memiliki relief kombinasi antara Inggris, Belanda dan dipadu dengan budaya Melayu yang didirikan tanpa tiang pokok penyangga dengan Kubah menyerupai bangunan Tapanuli (Batak). Sebelum dibangun oleh Sukarno, Masjid Jamik hanya berupa surau (mushola) yang didirikan oleh masyarakat setempat dibawah kepemimpinan Sentot Alibasyah yang juga sebagai imam. Sentot Alibasya merupakan panglima perang Pangeran Diponegoro, yang lari dari kejaran Belanda ke Bengkulu hingga meninggal dan dimakamkan di Kelurahan Tengah Padang, Kota Bengkulu. Bangunan yang terlihat megah itu, kini sedang direnovasi oleh pemerintah Provinsi Bengkulu, dengan tidak menghilangkan nilai historis (sejarah)-nya. "Kita akan melakukan pemugaran atau revitalisasi itu demi menyelamatkan situs budaya, karena itu nilai historis dari Masjid Jamik tidak akan hilang," kata Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat (Ekbangra) Sekretariat Provinsi Bengkulu, Fauzan Rahim. Revitalisasi masjid itu justru dimaksudkan agar bangunan tersebut lebih baik sebagai peninggalan sejarah karena itu dalam melakukan pemugaran bentuk aslinya akan tetap dipertahankan. Perbaikan difokuskan pada beberapa bangunan yang rusak, serta di sekelilingnya agar lebih representatif.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008