Hongkong, (ANTARA News) - Harga minyak dan logam melemah tajam pada Selasa, hingga menekan harga saham perusahaan-perusahaan berbasis sumber daya alam (SDA) dan bakal memaksa bursa Asia berada pada level terendah dalam tiga pekan terakhir akibat kecemasan perlambatan ekonomi global. Harga minyak mentah turun sekitar 1 dolar AS hingga lebih rendah dari 120 dolar AS setelah OPEC mengindikasikan kenaikan output, padahal permintaan dunia menurun. Bahkan badai di Teluk Meksiko juga gagal menahan penurunan harga minyak, yang kemudian menjadi anugrah bagi Asia. Pelemahan harga minyak akan menguntungkan negara-negara yang tengah bergulat dengan inflasi dua digit, meski juga mengindikasikan kekhawatiran mulai melambatnya permintaan global. Dolar AS menguat dari pelemahan harga minyak, meski pasar masih berhati-hati dengan pertemuan Dewan Gubernur The Fed hari ini. The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga AS, terutama setelah harga minyak melunak. "Saat ini, orang-orang mengabaikan sisi positif, yaitu bahwa harga komoditas yang melemah mengurangi tekanan inflasi, namun mereka melihat ini sebagai indikasi perlambatan pertumbuhan ekonomi," kata Greg Goodsell, analis saham pada ABN AMRO di Sydney. Harga minyak mentah AS di pasar berjangka turun menjadi 119,50 dolar AS per barel pada Senin, level terendah sejak Mei. Pasokan minyak OPEC kembali meningkat untuk tiga bulan berturut-turut pada Juli, menyusul kenaikan produksi Arab Saudi dan kenaikan tipis produksi dari negara-negara anggota OPEC lainnya, demikian diwartakan Reuters. (*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008