Medan (ANTARA News) - Pola strategic sale (mitra strategis) dinilai lebih cocok bagi privatisasi saham BUMN perkebunan yang akan dilakukan pemerintah pada tahun ini. "Saya sangat mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk mematangkan rencana divestasi BUMN perkebunan dengan mekanisme strategic sale," kata Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU), Jhon Tafbu Ritonga ketika menjadi pembicara dalam seminar nasional Privatisasi BUMN Perkebunan di Medan, Selasa. Sebelumnya pemerintah berencana melakukan pelepasan saham tiga BUMN perkebunan yakni PTPN III, IV dan VII melalui penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO). Menurut Ritonga, dengan pola itu maka pemerintah daerah baik pemerintah provinsi atau kabupaten/kota bisa memiliki porsi saham yang besar melalui "block sale" yang disetujui. Namun yang terpenting jika divestasi itu dilakukan IPO maka dikhawatirkan lambat laun kepemilikian sahamnya akan dikuasai sepenuhnya oleh pihak asing. Karena dewasa ini sektor perkebunan menjadi primadona akibat krisis pangan dan energi yang terjadi di dunia sehingga perkebunan menjadi prioritas, ujarnya. Lebih lanjut dia mengatakan, yang lebih terpenting karena perkebunan berbasis pada sumber daya alam maka harus dipertahankan kepemilikannya dan harus bermanfaat bagi daerah setempat. Selama ini BUMN perkebunan telah berperan besar bagi pembangunan daerah dan memberi lapangan pekerjaan sesuai dengan tri dharma meski sekalipun PTPN itu merugi. "Dengan IPO maka dapat mengurangi peran tri dharma perkebunan dan mengancam posisi ribuan karyawan," jelas dia. Pada kesempatan terpisah Dirut PTPN IV, Dahlan Harahap, mengatakan, pihaknya berusaha agar dampak yang dikahawatirkan dari IPO yakni pengurangan tenaga kerja dan tri dharma tidak terjadi melalui peraturan yang akan dibuat. Sedangkan Dirut PTPN III, Amri Siregar, menjelaskan, melalui IPO perusahaan itu diperkirakan mampu menarik dana segar berkisar antara Rp1,7 hingga Rp2 triliun untuk pengembangan usaha, akuisisi dan memperkuat modal kerja.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008