Yangon (ANTARA News) - Para mahasiswa Myanmar mengatakan mereka secara diam-diam melakukan koordinasi melalui Internet untuk mencari jalan memperingati penindakan berdarah terhadap satu pemberontakan pro demokrasi yang dimulai 20 tahun lalu. Ratusan ribu orang ikut turun ke jalan-jalan di sejumlah kota dan desa seluruh negara itu 8 Agustus 1988, menuntut penerapan demokrasi di negara yang diperintah para diktator militer sejak tahun 1962 itu. Sekitar 3.000 orang tewas dalam beberapa pekan berikutnya, ketika tentara menembaki massa dalam usaha yang kejam untuk mengatasi kerusuhan itu. Media Myanmar yang diawasi secara ketat tidak menyebutkan ulang tahun itu , dan banyak mahasiswa sekarang belum lahir waktu itu. Tetapi ada sejumlah mereka mengatakan mereka merasa terdorong untuk menghormati dan mengenang para korban yang tewas dalam perjuangan untuk demokrasi itu. Ni Ni, seorang mahasiswa universitas , mengatakan ia dan para aktivis lainnya akan menggunakan Internet untuk mempromosikan satu "Kampanye Merah" menyerukan rakyat memakai warna merah untuk mengenang para korban. Tetapi ia tahu tidak banyak orang di negara yang diperintah secara ketat ini akan merasa aman melakukan gerakan seperti ini , jadi Ni Ni mengatakan mahasiswa terpaksa mencari taktik-taktik lain. "Kami menyimpan cat merah di dalam tas plastik dan melemparkannya ke billboard-billboard atau ke tempat-tempat perhentian bus. Kami akan melakukannya pada malam hari di mana saja," katanya. Tetapi biasanya, pada pagi hari, pihak berwenang sudah membersihkan sebagian besar dari protes-protes cat mereka, tambahnya, demikian AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008