Beijing, (ANTARA News) - Siapa sangka Li Ning, pria penyulut api kaldron pada puncak upacara pembukaan Olimpiade Beijing, Jumat, memiliki nama panggilan "Pangeran Senam" dan telah memenangi tiga medali emas sebelumnya, Ia tidak hanya sukses sebagai atlet, tapi juga sukses dalam bisnis, hal yang tidak semua bisa dilakukan oleh mantan atlet lainnya. Dengan prestasinya di dua bidang ini, Li mewakili kekuatan sistem olahraga gaya Soviet China, seperti halnya kapitalisme baru negara itu dalam bisnis dan kesejahteraan rakyatnya. Li adalah sosok pahlawan bagi rakyat China. Identitas penyulut kualdron dirahasiakan pihak panitia dari publik, hingga detik terakhir upacara pembukaan. Obor Olimpiade sebelumnya dibawa lari secara estafet oleh tujuh atlet China, kemudian diberikan kepada Li yang berada di podium salah satu sudut stadion. Setelah Li memegang obor Olimpiade, penonton dikejutkan dengan aksi Li terbang sambil memegang obor. Terlihat Li seakan berlari diatas sebuah layar yang menampilkan sejarah para pembawa obor Olimpiade sebelumnya. Posisi layar tersebut berada di atas stadion Sarang Burung. Li terlihat lari mengelilingi stadion dan akhirnya menyulutkan kaldron yang diiringi dengan ledangan petasan dan kembang api. Pria 44 tahun ini merupakan peraih medali terbanyak pada Olimpiade Los Angeles 1984, dengan membawa pulang tiga emas, dua perak, dan satu perunggu dari kompetisi olahraga musim panas yang berlangsung 32 tahun lalu. Pria kelahiran 1963 itu akhirnya pensiun setelah gagal meraih emas pada Olimpiade Seoul 1998. Pensiun sebagai atlet, ia tidak tinggal diam dan kemudian mendirikan perusahaan pakaian olahraga atas namanya. Li mempunyai saham di perusahaannya sebanyak 20 juta lembar yang awal tahun ini dijual senilai 50 juta dolar. Li lahir di Zhuang, kota bagian selatan Guangxi, salah satu dari 55 etnis yang terdapat di China. Ia menekuni olahraga senam sejak berumur tujuh tahun dan kemudian bergabung dalam tim nasional pada umur 17 tahun. Meski tidak mendapat kesempatan tampil Olimpiade Moskow 1980 karena keputusan China untuk bergabung dengan AS memboikot event itu menyusul invasi Soviet ke Afghanistan, Li akhirnya mencapai popularitasnya pada kejuaraan dunia di Zagreb 1982. Ia memenangi keseluruhan turnamen putra dengan nilai rata-rata 9.9, dan juga meraih emas di lima dari enam nomor yang dipertandingkan. Satu-satunya nomor yang gagal dijuarai adalah palang sejajar karena ia hanya meraih perunggu. Selama karirnya, Li telah memenangi 13 gelar perorangan di tingkat internasional dan satu emas bagi timnya pada kejuaraan dunia 1983. Ia masuk `Hall of Fame` senam internasional pada 2000 dan mendapat julukan Atlet China Terbaik Abad ke-20. Setelah pensiun pada 1988, ia menjadi wasit senam internasional dan memiliki gelar sarjana hukum dan MBA dari universitas bergengsi, Universitas Peking. Perusahaan yang ia dirikan adalah perusahaan pakaian olahraga pertama di China, menguasai 10 persen pangsa pasar China dan juga terlibat dalam beberapa kontroversi. Pada 2006, perusahaan Li berhasil mengajak legenda bola basket, Shaquille O`Neal sebagai salah satu pendukungnya, saat perusahaannya mencoba mendunia dengan fokus pada sepatu olahraga dengan harga yang terjangkau. Logo perusahaannya hampir mirip dengan logo `swoosh` milik Nike, walaupun pihak perusahaan menyatakan bahwa itu adalah inisial Li Ning dan kedinamisan di perlengkapan senamnya. Perusahaan Li Ning juga dituduh dalam kasus praktek promosi ilegal, meskipun perusahaannya tidak ikut membayar untuk mensponsori Olimpiade Beijing. Ia juga pernah dituduh melanggar perjanjian dengan staff penyiar CCTV untuk mengenakan logo Li Ning selama penyiaran Olimpiade.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008