PBB (ANTARA News) - Penyelidikan internal PBB telah menemukan bukti bahwa beberapa penjaga perdamaian India mungkin telah terlibat dalam "eksploitasi dan pelecehan seksual" di Kongo, kata Sekjen PBB Ban Ki-moon. Dalam satu pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor jurubicaranya Selasa, Ban mengatakan ia "sangat kesulitan" karena hasil penyelidikan PBB itu dan mengatakan "tindakan disipliner hingga taraf maksimum yang diizinkan oleh undang-undang India akan diambil secepat mungkin terhadap mereka yang terbukti terlibat". Sejumlah tentara India sebelumnya ditempatkan di Republik Demokratik Kongo sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB MONUC, kata pernyataan itu. Pernyataan itu menambahkan bahwa pemerintah India menjamin PBB mereka akan menyelidiki tuduhan tersebut dan, jika benar, "tindakan keras dan patut dicontoh" akan diambil terhadap siapa saja yang terlibat. Pernyataan itu tidak memuat rincian mengenai yang diduga "eksploitasi dan pelecehan seksual". Sejumlah pekerja bantuan di Kongo, yang minta tidak disebutkan namanya, mengatakan Mei bahwa penyelidikan dipusatkan pada pasukan penjaga perdamaian PBB asal India yang dituduh telah membayar untuk seks dengan anak-anak perempuan di bawah umur di bagian timur negara itu yang dirusak-kekerasan. Beberapa pejabat PBB mengatakan insiden yang diduga itu terjadi di provinsi North Kivu, tempat tentara PBB menjaga gencatan senjata yang rapuh antara kelompok pemberontak dan milisi serta tentara pemerintah yang bersaing. India, seperti Pakistn, adalah penyumbang besar pada pasukan penjaga perdamaian PBB. Keduanya menghadapi tuduhan penyalahgunaan penjaga perdamaian di Kongo pada masa lalu. Tuduhan itu muncul ke permukaan setelah misi PBB di Kongo diawasi dengan cermat oleh Human Rights Watch awal tahun ini yang menuduh mereka menutupi tuduhan keterlibatan tentara Pakistan dan India dalam yang diduga penyelundupan senjata dan emas di Kongo timur. Bulan lalu misi PBB di Kongo mengatakan mereka telah menyelidiki seorang pejabat penjaga perdamaian India yang dituduh memperlihatkan dukungan pada pemberontak Tutsi di Kongo timur. Sebagian besar dari pasukan yang berkekuatan hammpir 18.000 tentara itu dimarkaskan di bagian timur Kongo, yang tetap merupakan daerah pemberontak dan dikuasai-milisi meskipun telah berakhir resmi perang 1998-2003. Pasukan itu dikerahkan pada tahun 2000. Lebih dari 100 personil dan penjaga perdamaia PBB telah tewas ketika berupaya untuk membawa perdamaian ke negara Afrika tengah yang sangat luas dan kaya-mineral itu. Beberapa pakar memperkirakan perang 1998-2003 di Kongo dan bencana kemanusiaan yang timbul telah menewaskan 5,4 juta orang, sebagian besar karena kelaparan dan penyakit terkait dengan kekerasan. Hal itu membuat perang di Kongo sebagai konflik paling mematikan sejak Perang Dunia II, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008