New York, (ANTARA News) - Dolar AS sebagian besar menguat terhadap mata uang utama lainnya pada Rabu waktu setempat, atau Kamis pagi WIB, meski sebuah laporan memperlihatkan penjualan ritel AS turun pada Juli karena para konsumen "mengencangkan ikat pinggang" mereka. Kantor berita AFP melaporkan, para pedagang mengatakan dolar telah memperoleh beberapa dukungan di tengah kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi zona euro. Euro dikutip pada 1,4909 dolar sekitar 2100 GMT, turun dari 1,4920 dolar pada akhir Selasa. Terhadap mata uang Jepang, dolar dipindahtangankan pada 109,57 yen, dibandingkan dengan 109,31 yen sehari sebelumnya. Dolar terus mencatat kenaikan terhadap euro, setelah mendekati posisi tertinggi enam bulan terhadap mata uang itu sehari sebelumnya. Mata uang AS tampak mengabaikan laporan departemen perdagangan yang menunjukkan penjualan ritel turun 0,1 persen pada bulan lalu, sebagian besar karena jatuhnya penjualan truk dan mobil. "Penurunan 0,1 persen, month-on-month, dalam penjualan ritel Juli mengkonfirmasikan bahwa dorongan dari pemotongan pajak baru-baru ini telah berkurang," kata Paul Ashworth dari Capital Economics. Pada musim panas ini, belanja konsumen mendapat sokongan dari sebuah paket raksasa stimulus ekonomi sebesar 168 miliar dolar AS, yang dirancang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi naik, namun beberapa analis mengatakan pengaruh stimulus itu telah surut. Euro gagal mengkonsolidasikan kenaikan awalnya, di tengah suramnya prospek pertumbuhan di zona euro, meski sebuah laporan menunjukkan bahwa produksi industri zona euro mantap pada Juni menyusul penuruna tajam bulan sebelumnya. Dalam basis 12 bulanan, produksi industri turun 0,5 persen. Para analis mengatakan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi Jerman, ekonomi terbesar Eropa, masih terus berlangsung. Beberapa analis juga meyakini bahwa ekonomi AS akan keluar dari penurunannya lebih cepat daripada Eropa. Setelah menyentuh level historis terendah, dengan satu euro dipindahtangankan untuk lebih dari 1,60 dolar, greenback telah mulai pulih dalam tiga pekan terakhir ini di tengah jatuhnya harga minyak. Para analis mengatakan pasar uang juga mendukung dolar di tengah negara-negara lainnya yang menghadap masalah ekonomi lebih buruk daripada Amerika Serikat, ekonomi terbesar dunia. Sementara para pedagang mengatakan mereka sedang menunggu laporan harga konsumen AS yang akan dirilis Kamis yang dapat memberikan arahan harga baru terhadap dolar. Tekanan inflasi di Amerika Serikat dan Eropa telah mencapai level tertinggi tahun ini akibat tingginya harga minyak, meski harga minyak mentah telah turun kembali dalam beberapa pekan terakhir. Dalam perdagangan terakhir di New York, pound diperdagangkan pada 1,8699 dolar, turun dari 1,8965 dolar pada Selasa. Dolar merosot menjadi 1,0856 franc Swiss dari 1,0865 franc.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008