Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo mengatakan terkaget-kaget bahkan nyaris pingsan ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato kenegaraannya mengenai RAPBN 2009 Departemen Pendidikan Nasional akan mendapat tambahan lagi Rp46,1 triliun. "Saya sampai terkaget-kaget bahkan nyaris pingsan mendengar pidato Presiden," kata Bambang saat mendampingi Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati memberikan penjelasan mengenai RAPBN 2009 di Jakarta, Jumat. Menurut Sri Mulyani Indrawati, alokasi anggaran bagi pendidikan mendapat porsi terbesar hampir mencapai Rp180 triliun yang harus dihabiskan pada tahun 2009. Bambang Sudibyo mengatakan, anggaran sebesar Rp180 triliun itu yang untuk Depdiknas hanya Rp52 triliun, kemudian Departemen Agama Rp20 triliun, sedangkan sisanya ke daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum dan Khusus. "Ini di luar alokasi tambahan anggaran pendidikan sebesar Rp46,1 triliun yang disampaikan Presiden yang akan diusulkan pada Nota Keuangan Tambahan," ujar dia. Terkait dengan permintaan Menko Perekonomian yang merangkap sebagai Menteri Keuangan agar dana itu dapat dihabiskan, Bambang mengatakan, untuk menghabiskan pihaknya punya strategi tersendiri karena pada tahun 2007 lalu penyerapannya di atas 93 persen. Dia merencanakan tambahan dana sebesar Rp46,1 triliun itu akan dipergunakan memperbaiki tunjangan fungsional guru yang saat ini Rp1,5 juta menjadi Rp2 juta atau naik Rp500 ribu. Kemudian dana tersebut juga dapat dipergunakan untuk membangun sekolah yang mengalami kerusakan bagi negeri maupun swasta. Penyaluran dananya sendiri dapat dipertanggungjawabkan karena melalui DAU dan DAK. Kalau tunjangan fungsional itu sampai diselewengkan daerah dipastikan guru-guru akan berunjuk rasa. "Saya sendiri takut kalau guru-guru sampai unjuk rasa, demikian juga pemerintah daerah," ujar dia. Dengan demikian penyaluran dana sebesar Rp46,1 triliun dipastikan tepat sasaran, transparan dan bermanfaat. "Apalagi setiap tahunnya ada BPK yang selalu memeriksa penyalurannya," ujar dia yakin.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008