Kudus (ANTARA News) - Munculnya ratusan titik retakan tanah pada musim kemarau di Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabuaten Kudus, Jawa Tengah, dapat menyebabkan tanah longsor pada musim hujan mendatang. Menurut Kepala Dusun IV Rahtawu, Mugiyanto, di Kudus, Senin, ratusan titik retakan tanah terjadi di RT4 yang dihuni 50 kepala keluarga (KK) dan RT2 dihuni sebanyak 60 KK. Ia menduga, retakan tanah disebabkan musim kemarau yang terjadi berkepanjangan. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, katanya, bencana tanah longsor yang mengakibatkan belasan rumah roboh dan kerugian hingga ratusan juta didahului dengan munculnya retakan tanah di sejumlah tempat. "Kami mengkhawatirkan hal itu akan terjadi lagi, mengingat jenis tanah di desa kami terlalu labil," katanya. Terlebih lagi, lanjutnya, hujan mulai turun di desa ini dan sekitarnya. "Kami minta semua warga waspada, sewaktu-waktu terjadi hujan lebat mereka diminta segera mengungsi ke tetangga sekitar yang lebih aman," katanya. Berdasaran pengalaman bencana longsor awal tahun 2008 lalu, kerusakan rumah diakibatkan adanya pergerakan tanah, mengingat tanahnya labil. Dari kerusakan di sejumlah rumah warga bukan karena tertimbun tanah longsor, melainkan adanya penurunan tanah sehingga mengakibatkan tembok rumah retak, bangunan miring, dan terbawa pergerakan tanah. Sariyo, warga Rahtawu, menambahkan, peristiwa longsor yang terjadi sebelumnya memang didahuli dengan retakan tanah meski kecil. "Jika terjadi hujan deras warga memang khawatir akan terjadi longsor. Apalagi, retakan tanah mulai bermunculan," katanya. Berdasarkan data di Kantor Kesbanglinmas, jumlah rumah rusak di Desa Rahtawu pada preistiwa longsor awal tahun ini mencapai 20 rumah dan kondisinya sudah tidak layak huni. Daerah rawan longsor juga terjadi di Desa Menawan, Kecamatan Gebog, mengingat pada awal tahun juga mengalami peristiwa sama, yang mengakibatkan enam rumah roboh tanpa disertai korban jiwa. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008