New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia di New York melesat naik pada Selasa waktu setempat, atau Rabu pagi WIB, setelah anggota OPEC, Venezuela, mengatakan akan meminta kartel mengurangi produksinya pada pertemuan September, jika tekanan penurunan harga berlanjut. Kontrak utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman September, melompat 1,66 dolar AS menjadi ditutup pada 114,53 dolar AS per barrel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober menguat 1,31 dolar menjadi mantap pada 113,25 dolar AS. Kontrak berjangka ditutup menguat didorong oleh kekhawatiran pasokan setelah Menteri Energi dan Perminyakan Venezuela Rafael Ramirez mengatakan bahwa Venezuela sedang mempertimbangkan tekanan untuk pengurangan produksi setelah harga turun tajam "lebih dari 20 dolar AS jelas menunjukkan bahwa disana telah terjadi spekulasi di pasar." Ramirez mengatakan bahwa, "jika disana harga minyak cenderung atau dinamis menurun, Venezeula akan mempertimbangkan kemungkinan menurunkan produksi. Ini posisi yang akan kami ambil pada pertemuan OPEC mendatang di Vienna pada September." kata "Harga harus dipertahankan pada level penutupan 100 dolar, karena biaya telah meningkat," tambah dia. Kontrak berjangka minyak New York telah jatuh ke sekitar 112 dolar AS per barrel, setelah mencapai rekor tertinggi di atas 147 dolar AS pada bulan lalu. "Pasar memberikan reaksi terhadap laporan bahwa OPEC akan mengurangi produksinya," kata Veronica Smart, seorang analis pada Pusat Informasi Energi di Inggris. Pada awal perdagangan Selasa pasar telah merosot karena Topan Tropis Fay tak jadi menerjang fasilitas produksi energi di Teluk Meksiko, sementara melemahnya data ekonomi AS Juli memicu kekhawatiran bahwa permintaan di pasar terbesar dunia itu akan melambat. Fay menerjang Florida dengan angin keras dan mengakibatkan turunnya hujan pada awal Selasa, namun tidak menguat menjadi topan yang berpotensi membinasakan yang menakutkan para penduduk. Departemen tenaga kerja AS melaporkan indeks harga produsen, sebuah ukuran dari inflasi kulakan/grosir, tak terduga melambung ke posisi tertinggi dalam 27 tahun pada 9,8 persen, dari setahun terdahulu. Tiupan lainnya terhadap sentimen, departemen perdagangan AS melaporkan pembangunan rumah baru turun 11 persen ke level terendah 17 tahun. Harga minyak telah turun signifikan sejak mencapai rekor tertinggi di atas 147 dolar AS bulan lalu. Namun, pada Selasa, masih hampir 15 persen lebih tinggi dibandingkan awal tahun lalu ketika harga minyak menembus 100 dolar AS untuk pertama kalinya. "Minyak telah kehilangan `bullish`-nya dan mungkin memerlukan sebuah peristiwa besar atau tehnikal untuk kembali ke alurnya," kata Phil Flynn dari Alaron Trading, demikian AFP.(*)

Pewarta: adit
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008