Mukomuko (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, menyatakan sejak beberapa hari ini mayoritas nelayan di Pantai Indah Mukomuko Kelurahan Koto Jaya takut melaut akibat cuaca buruk melanda perairan laut wilayah ini.

"Hanya sebanyak 15 perahu motor tempel milik nelayan di wilayah ini yang melaut dari sebanyak 160 perahu motor tempel, akibat cuaca buruk melanda perairan laut wilayah ini,” kata Kabid Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mukomuko Nasyyardi dalam keterangannya di Mukomuko, Rabu.

Ia mengatakan hal itu setelah mendapatkan laporan terkait jumlah perahu motor tempel milik nelayan setempat yang melaut saat cuaca buruk melanda perairan di wilayah ini dari nelayan.

Menurutnya, nelayan di Pantai Indah Mukomuko takut melaut karena membahayakan perahu dan keselamatan nelayan.


Baca juga: Dua koperasi Mukomuko dapat bantuan KKP

Baca juga: Satu kapal nelayan karam di laut Mukomuko

Mayoritas nelayan memilih beristirahat di rumah dari pada mereka mengambil risiko melaut dalam kondisi cuaca buruk melanda perairan laut di wilayah ini.

Meskipun hanya sedikit perahu motor tempel milik nelayan yang melaut tetapi harga ikan laut tetap lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya karena ikan hasil tangkapan dari laut meningkat dibandingkan sebelumnya.

“Nelayan yang melaut saat cuaca buruk sekarang ini banyak mendapatkan ikan sehingga harga ikan di wilayah ini turun,” ujarnya.

Saat ini, setiap perahu motor tempel nelayan di wilayah itu bisa membawa pulang 50 kilogram ikan layur atau beledang dan sebanyak 30 kilogram ikan karo dan ikan tenggiri.

Sedangkan harga ikan layur super atau kelas A hanya sebesar Rp20 ribu per kilogram, menurun dibandingkan sebelumnya sebesar Rp35 ribu hingga Rp40 ribu per kg.

Begitu juga dengan harga ikan tenggiri pada tingkat nelayan di daerah ini sebesar Rp20 ribu per kilogram.*


Baca juga: Nelayan Mukomuko keluhkan dangkalnya muara sungai

Baca juga: Mukomuko usulkan beragam alat tangkap pengganti trawl


Pewarta: Ferri Aryanto
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2019