Bengkulu (ANTARA News) - Pihak Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Bengkulu hingga saat ini belum bisa mengetahui sumber penyebaran virus H5N1 yang menyerang ayam di daerah itu dalam beberapa hari terakhir ini. "Kita sedang menyelediki asal virus itu, hingga saat ini belum mendapat gambaran dari mana virus itu berasal," kata Kepala Disnakeswan Provinsi Bengkulu, Irianto Abdullah di Bengkulu, Selasa. Dalam beberapa hari terakhir ini, ratusan ekor ayam di Kabupaten Lebong, Rejang Lebong, Kota Bengkulu mati mendadak. Berdasarkan hasil pemeriksaan cepat (rafid test) maupun pengujian di Balai Pengujian dan Penyidikan Veteriner (BPPV) Lampung, beberapa ekor ayam tersebut positif terjangkit penyakit flu burung (Avian Influenza-AI). Terkait dengan serangan AI itu, ia mengaku, telah melakukan penanganan secara cepat sehingga penyebarannya bisa diminimalisasi. "Kita telah membentuk tim pemberantasan AI di kabupaten/kota yang dilengkapi dengan sarana prasaran serta tenaga dokter hewan, karena itu ketika terjadi serangan bisa segera dilakukan penanganan," ujarnya. Tim tersbut, kata dia, langsung turun ke lapangan ketika mendapat laporan dari masyarakat, ada ayam yang mati mendadak atau sakit dengan ciri-ciri terjangkit AI seperti jenggernya biru dan bagian dadanya ada bintik-bintik merah. Penanganan yang dilakukan, lanjut dia, melalui depopulasi (pembunuhan) ayam dalam lokasi yang ditemukan AI, serta penyemprotan disinfektan pada kandang-kandang ayam di sekitar lokasi penyebaran flu burung. "Depopulasi dan disinfektran itu kita lakukan pada radius satu Km dari lokasi ditemukannya ayam terjangkit flu burung, ini sebagai upaya memutus mata rantai penularan virus itu," katanya. Irianto tetap tidak mau melakukan vaksinasi untuk pencegahan virus H5N1 tersebut, karena dinilai tidak terlalu efektif. "Sejak awal kita menolak vaksinasi karena selain tidak efektif juga bisa menjadi penyebab penularan, karena yang digunakan sebagai vaksin itu merupakan virus aktif yang dilemahkan bukan virus mati," katanya. Karena masih aktif dan hanya dilemahkan, maka bisa saja ketika disuntikan virus tersebut kembali aktif dan justru menjadi sumber penyakit. Menurut dia, depopulasi dan disinfektan merupakan cara yang paling ampuh untuk memutus penyebaran flu burung.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008