Medan (ANTARA News) - Sukuk atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dinilai mengalahkan pamor Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang ditandai dengan lebih banyaknya permintaan Sukuk, kata pengamat ekonomi Sumatera Utara. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU), Jhon Tafbu Ritonga, di Medan, Selasa, mengatakan, lebih tertariknya konsumen membeli Sukuk bukan semata karena faktor sentimen religiusitas investor, tapi cenderung karena faktor bunga/return atau hasil yang dinilai dan terbukti lebih menjanjikan. Sukuk, katanya, lebih diminati karena lebih terbuka bagi semua pemodal dibandingkan ORI yang hanya untuk perorangan. Dengan masa jatuh tempo yang lebih lama, Sukuk memang memberikan imbalan yang lebih besar yakni sebesar 11,80 persen dibandingkan ORI yang hanya 11,45 persen. "Kalah pamornya ORI dibanding Sukuk ditandai dengan permintaan Sukuk yang sudah Rp8 triliun atau melampai target yang hanya Rp5 triliun, sedangkan target ORI yang Rp6 triliun belum juga tercapai," katanya. Hanya saja, dibanding deposito, ORI sama halnya dengan Sukuk akan lebih menguntungkan, sehingga seharusnya konsumen memilih keduanya. Kenaikan penjualan Sukuk itu sendiri, kata dia, di satu sisi membahayakan pemerintah, karena dengan imbalan yang lebih besar pemerintah harus membayar lebih besar pula kepada masyarakat. Pemerintah melepas Sukuk untuk untuk menutup defisit APBN, dimana pembayaran ke nasabah diambil dari pajak warga.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008