London (ANTARA) - Rencana Inggris untuk menaikkan upah minimum dua pertiga dari pendapatan rata-rata, menjadikan 10,50 pound ( 13,58 dolar) per jam, disokong oleh tinjauan independen pada Senin yang menemukan pengaturan upah yang rendah memiliki efek yang dapat diabaikan pada penciptaan lapangan kerja.

Perusahaan-perusahaan sekarang cenderung melihat biaya upah naik setelah pemilihan umum bulan depan yang cepat apa pun hasilnya.

Menteri Keuangan Konservatif Sajid Javid mengatakan pada bulan September ia akan meningkatkan Upah Hidup Nasional (NLW) ke target baru pada tahun 2024, asalkan kondisi ekonomi memungkinkan, dan memperluas jangkauannya ke semua pekerja di atas usia 21, turun dari 25 yang berlaku sekarang.

Pihak oposisi Partai Buruh mengatakan akan menaikkan upah minimum menjadi 10 pound ( 12,93 dolar) per satu jam segera jika memenangkan kekuasaan.

Sebuah tinjauan independen yang ditugaskan oleh pemerintah dari profesor ekonomi Arindrajit Dube dari University of Massachusetts Amherst meneliti dampak upah minimum di Jerman, Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara lain.

"Berdasarkan bukti keseluruhan - dengan penekanan khusus pada evaluasi NLW baru-baru ini, berkualitas tinggi, dan kebijakan lebih ambisius lainnya secara internasional - laporan saya menyimpulkan bahwa ada ruang untuk mengeksplorasi NLW yang lebih tinggi di Inggris hingga dua pertiga dari upah median, "katanya. "Juga penting untuk mengevaluasi secara empiris dan mengkalibrasi ulang kebijakan ambisius semacam itu berdasarkan bukti baru."

Javid berkata, "Buktinya jelas bahwa pendekatan kami adalah yang benar."

Namun Partai Buruh mengatakan janji Javid "adalah penghinaan bagi pekerja keras kami".

"Ini adalah penawaran cemoohan yang harus ditunggu bertahun-tahun," kata juru bicara keuangan Buruh John McDonnell. "Buruh akan segera memberlakukan upah hidup nyata sebesar 10 pound per jam untuk semua orang yang berusia 16 tahun ke atas, melampaui setiap figur aksi publisitas yang diciptakan Tories (anggota kedua partai politik)."

Sumber: Reuters

Baca juga: Menteri: Inggris belum buat keputusan mengenai jaringan 5G Huawei

 

Pewarta: Maria D Andriana
Editor: Chaidar Abdullah
COPYRIGHT © ANTARA 2019