Bandung (ANTARA News) - Pimpinan Keroncong Merah Putih, Retno S. Purwanto, menilai bahwa remaja sekarang ini tidak mengenal keroncong secara mendalam, sehingga tidak banyak yang mengambil jalur musik tersebut sebagai pilihan hidupnya. Namun, bagi Bu Retno --demikian panggilan akrabnya-- keadaan sulitnya mencari penyanyi keroncong yang mampu menggunakan rasa dan pandai bertutur dalam alunan nada tidak membuat maestro keroncong tersebut berkecil hati, sehingga mendidik bakat-bakat terpendam. Usai acara "10 Tahun Repoeblik Keroncong", ia pun mengemukakan, "Menyanyi keroncong itu harus seperti bertutur, menceritakan isi lagu tersebut sehingga wajib menggunakan rasa tanpa emosi." Mengenai banyaknya bibit lewat jalur festival, perempuan paruh baya tersebut mengatakan bahwa banyaknya festival tidak berarti langsung mencetak penyanyi keroncong. "Mereka kebanyakan bingung, pada akhirnya mau kemana karena minimnya produk industri dari keroncong," katanya. Ia lebih memilih mencetak dan memupuk langsung bibit tersebut karena satu alasan. "Saya lebih baik mendidik langsung bibit-bibit tersebut karena ada pakem-pakem tertentu yang mereka harus ketahui," ujar Retno. Menurut dia, dalam keroncong ada beberapa jenis irama di antaranya keroncong, stambul, dan gambang kromong yang memiliki pakem berbeda. "Lagu keroncong itu harus dibikin empat per empat, dan jika tidak akan menjadi waltz," ujarnya, dan menirukan lagu "Pahlawan Merdeka". (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008