Banjarmasin (ANTARA News) - Antrian kendaraan bermotor (ranmor) roda empat untuk mendapatkan solar bersubsidi pada sejumlah Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) di Banjarmasin masih marak menjelang bulan Ramadhan 1429 Hijriah (H). Ranmor yang antri terbanyak jenis truk dan para sopirnya rela menunggu lebih awal atau pelayanan SPBU buka, demikian dilaporkan dari Banjarmasin, Sabtu. Sebagai contoh pada SPBU Sabilal Muhtadin Jalan Jenderal Sudirman dan di Jalan S.Parman/Jl.Pulau Laut Banjarmasin, puluhan mobil belakangan hampir tiap hari sejak pagi-pagi sekali sudah ada yang mengantri untuk mendapatkan solar bersubsidi. Begitu pula pada SPBU di Jalan A.Yani Km5,5 dan Km6 Banjarmasin, seakan tiada hari tanpa antrian mobil, terlebih dua hari menjelang bulan puasa Ramadhan 1429 H, pengantri makin padat. Mereka yang mengantri itu diduga ada sebagai pelangsir, yang dalam satu hari menggilir SPBU di ibukota Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) tersebut untuk mendapatkan solar bersubsidi, namun tak pernah terjamah aparat kepolisian. Sementara beberapa petugas/oprator SPBU, berpendapat, selama perbedaan harga solar bersubsidi dengan non subsidi atau untuk industri/keekonomian masih tinggi, antrian panjang truk di SPBU tak akan pernah berhenti. "Pasalnya truk-truk untuk kegiatan industri juga ikut antri di SPBU, belum lagi para pelangsir yang tak kami ketahui. Sementara kami tak boleh menolak dan harus tetap memberikan pelayanan prima sejauh persediaan BBM masih ada, kecuali memang diketahui jenis truk kegiatan industri dan pelangsir," ujar petugas SPBU Sabilal Muhtadin. Pendapat itu nampaknya senada dengan Drs.Syahdi Rasyid, seorang pengamat ekonomi di Banjarmasin, seraya menyarankan, sebaiknya pemerintah tak lagi membedakan harga BBM atau menggunakan subsidi. "Karena kenyataan selama ini, BBM bersubsidi justru banyak dinikmati orang-orang berduit dan para pengusaha dengan berbagai cara mendapatkannya," lanjut almunus Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin itu. Selain itu, adanya BBM bersubsidi rentan terjadi penyelewengan dan korupsi karena berbagai pihak terkait bisa berkolosi agar perbuatan mereka terlihat rapi, demikian Syahdi. Sedangkan sejumlah pengemudi/pemilik ranmor pribadi dan angkutan umum yang menggunakan solar, khawatir jenis BBM tersebut langka serta makin mahal diluaran SPBU saat suasana lembaran Idul Fitri 1429 H yang diperkirakan awal Oktober mendatang. Untuk itu, diharapkan agar Pertamina tidak mengurangi pasokan solar ke SPBU yang memang diperuntukan untuk umum, dan aparat kepolisian harus lebih jeli mengamati tingkah-ulah pelangsir, ujar Jujus (35), seorang pengemudi truk yang mengangkut berbagai kebutuhan pokok Banjarmasin - Hulusungai atau "Benua Enam" Kalsel. Dalam kesempatan terpisah, Humas Pertamina Banjarmasin, Bambang, menerangkan, pihaknya secara bertahap akan mengurangi pasokan solar bersubsidi ke SPBU guna menghindari permainan harga antara pelangsir dengan pembeli atau yang membutuhkan. Sesuai ketentuan harga solar bersubsidi pada SPBU Rp5.500/liter, sedangkan non subsidi sekitar Rp12.800/liter atau mengikuti perkembangan harga minyak dunia, ujar juru bicara Pertamina Banjarmasin tersebut.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008