Tbilisi (ANTARA News) - Georgia ingin Uni Eropa mengenakan sanksi-sanksi kepada para pemimpin Rusia, kata seorang pejabat terkemuka di sini Sabtu, menjelang dimulainya konferensi tingkat tinggi (KTT) Uni Eropa yang membahas krisis antara Moskow dan Tbilisi. "Tidak ada maksud untuk mengisolasikan Rusia," kata Menteri Reintegrasi Georgia, Temur Yakobashvili kepada AFP. "Namun kami harapkan adanya sanksi-sanksi tertentu, yang tidak bertentangan dengan rakyat, tapi terhadap para elit politik," katanya. Para pemimpin Uni Eropa akan bertemu di Brussels Senin untuk menggelar KTT darurat. Prancis, yang bergiliran sebagai ketua Uni Eropa, telah mengingatkan tidak berharap adanya sanksi-sanksi untuk menghadapi Moskow. Takobahsvili tidak mengatakan apakah sanksi-sanksi terhadap para pemimpin Rusia itu termasuk dalam pembicaraan, meskipun tindakan-tindakan demikian sering mencakup pelarangan kunjungan atau pembekuan rekening-rekening bank di luar negeri. Georgia berulangkali mengatakan, pihaknya merasa mendapatkan dukungan kuat dari Uni Eropa setelah Rusia mengakui wilayah Georgia yang memberontak, Abkhazia dan Ossetia Selatan, sebagai negara merdeka. "Kami memperkirakan KTT Uni Eropa akan menyatakan dukungannya kepada Georgia tak hanya dalam kata-kata, tapi juga tindakan-tindakan," kata Yakobashvili. Yakobashvili juga menuduh Rusia melakukan pembersihan etnis di Ossetia Selatan dan mengatakan, bahwa tindakan-tindakan demikian masih `belum dihukum` oleh Uni Eropa. "Dan untuk meyakinkan itu kami perkirakan adanya sikap tak mengakui secara tetap keberadaan Abkhazia dan Ossetia Selatan dari negara-negara Uni Eropa," ujarnya. Suatu sumber di kantor kepresidenan Prancis Jum`at mengatakan, bahwa `kami masih dalam tahap dialog dengan Moskow, bukan pada tahap pemberian sanksi-sanksi. Saat mengenai sanksi belum muncul," ujarnya menambahkan. Pasukan Rusia memasuki wilayah Georgia pada 8 Agustus untuk menekan tentara Georgia yang berusaha memulihkan kendalinya terhadap wilayah separatis yang didukung Moskow, Ossetia Selatan. Rusia telah menghentikan serangan lima harinya ke Georgia, namun tidak menarik mundur semua tentaranya dari wilayah negara tersebut.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008