Bandung (ANTARA News) - Sebanyak 90 persen dari 6.000 panti sosial anak di Indonesia berkualitas di bawah standar kelayakan, baik cara mengasuh maupun infrastrukur bangunannya. Temuan itu merupakan hasil penelitian kerjasama Unicef, LSM Save the Children, dan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung tahun 2008, kata Menteri Sosial (Mensos) RI Bachtiar Chamsyah, di Bandung, Kamis. Dia mengatakan, kondisi ini sudah bisa diperkirakan karena aktivitas operasional sehari-hari panti asuhan anak hanya mengandalkan bantuan donatur secara sukarela. "Negara sendiri melalui Departemen Sosial (Depsos) RI hanya bisa mengalokasikan anggaran dana bantuan Rp67 miliar dari total anggaran Rp2,1 triliun," katanya. Dia mengatakan, anggaran Rp67 miliar itu hanya untuk biaya makan per kepala per hari. Pemerintah belum dapat membantu dalam pembangunan fisik panti-panti sosial anak. "Sedang jumlah anak asuh yang tinggal di panti asuhan tercatat 138.000 orang. Dari jumlah tersebut baru 30 persen yang terakomodir dana dari APBN," ungkapnya. Dia menyatakan, wajar jika hampir semua kualitas pengasuhan anak di 6.000 panti asuhan masih jauh dari standar kelayakan panti. "Meski donatur dari swasta selama ini banyak membantu kelangsungan hidup anak-anak di panti asuhan," ujar dia. Sementara itu, peneliti dari STKS Bandung Ellya Susilowati menyebutkan, penelitian mengambil sampel 37 panti asuhan di enam provinsi di Indonesia. "Hasilnya, hampir semua panti asuhan tidak memiliki kelayakan dalam pengasuhan, baik dari cara mengasuh maupun fisik tempat panti," katanya. Hasil penelitian juga merekomendasikan diadakannya standar kualitas pengasuhan di semua panti yang bisa dijadikan acuan standarisasi panti.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008