Boyolali (ANTARA News) - Sejumlah pedagang daging sapi di pasar tradisional Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mengeluhkan penurunan omzet, menyusul beredarnya daging sapi "gelonggongan". Sejumlah pedagang di pasar tradisional di Boyolali, Sabtu, mengatakan, akibat beredarnya daging sapi "gelonggongan" di beberapa daerah di Jateng menyebabkan omzetnya menurun. Sulastri (25), pedagang di Pasar Boyolali Kota, mengatakan, isu beredarnya daging sapi yang digelonggong memengaruhi permintaan pembeli. "Sebelum ada daging sapi gelonggongan beredar, saya bisa menjual daging sapi 1 kuintal per hari, namun sepekan ini hanya mampu menjual 50 kg per hari," katanya. Menurut dia, penurunan permintaan juga disebabkan harga daging sapi di pasaran memasuki bulan suci Ramadan naik dari Rp40 ribu/kg menjadi Rp50 ribu/kg. Ia mengakui, tidak mau menjual daging sapi yang kualitasnya jelek atau tidak disertai surat dari rumah pemotongan hewan (RPH) setempat. Tukiyem (55), pedagang di Pasar Sunggingan Boyolali, mengatakan, permintaan daging sapi di pasar ini menurun, menyusul adanya kenaikan harga. Petugas gabungan dari Dinas Pertenakan, Dinas Kesehatan, polisi, TNI, Satpol PP, rumah pemotongan hewan (RPH) di Boyolali, Sabtu (6/9) menggelar operasi sapi gelonggongan di Pasar Hewan Singkil dan Pasar Sunggingan Boyolali. Ketua tim Operasi Intensifikasi Pendapatan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Boyolali, Marjono, mengatakan, operasi di Pasar Hewan Singkil Boyolali, tidak ditemukan penjualan daging sapi gelonggongan. Sementara di Pasar Sunggingan ditemukan daging sapi yang dijual tidak ada cap maupun surat resmi dari RPH setempat. "Mereka hanya diberi pengertian dan diminta tidak menjual daging sapi tanpa ada cap dan surat resmi dari RPH," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008