Jakarta (ANTARA News) - Keputusan pemerintah Amerika Serikat menalangi dua perusahaan pembiayaan kredit kepemilikan rumah terbesar di AS, Fannie Mae dan Freddie Mac, telah membuat bursa dunia bergejolak. Untuk mengatasi gejolak itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa, mengungkapkan, pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia akan memusatkan diri untuk memperkuat seluruh kebijakan. "Terutama fundamentalnya karena gejolak seperti ini memang tidak bisa dihindari secara global," ujarnya. Meski demikian, dalam jangka menengah, pengaruh gejolak global terhadap satu negara akan berbeda dari negara lainnya, tergantung struktur kebijakan atau fundamental ekonomi masing-masing negara. Menkeu menilai, keputusan Pemerintah AS menalangi dua perusahaan bangkrut itu menunjukkan perekonomian AS mengalami tekanan yang hebat dan disadari pemerintah AS akan memengaruhi stabilitas ekonomi dunia. "Karena eksposurnya, jika dilihat jumlahnya, kan luar biasa, Rp50an triliun. Jadi kita bisa bayangkan `captive magnitude`nya (skala kerusakan ekonomi yang mesti direhabilitasi)," ujarnya. Yang dapat dilakukan Indonesia untuk meredam pengaruh gejolak bursa dunia adalah dengan terus menerus meyakinkan pelaku pasar termasuk pemain asing bahwa Indonesia memilik basis kegiatan ekonomi yang kuat. Saat ini, yang dilirik pelaku pasar adalah mencari tempat dan instrumen paling aman dan kuat untuk jangka menengah dan panjang. "Itu biasanya mereka lari lagi (menyimpan portofolio modal) ke dolar Amerika," terang Menkeu. Namun, pada dasarnya, situasi ekonomi negara-negara seperti Indonesia tidak akan banyak berubah setelah Pemerintah AS menalangi kredit Fannie Mae dan Freddie Mac itu. Yang jelas, demikian Menkeu, langkah otoritas keuangan AS itu akan memengaruhi kondisi finansial global dan menjadi sentimen pendorong bagi perburuan kembali dolar AS. "Tapi, surat berharga kita dan yang lain-lain tidak terpengaruh oleh sentimen (beli dolar AS) yang terjadi di sana," kata Menkeu memastikan. (*)

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2008