Bandung (ANTARA News) - Kurangnya regenerasi para pembuat pola sepatu (pendisain) di kawasan Industri Sepatu Jalan Cibaduyut Bandung, diperkirakan akan menyebabkan habisnya hilangnya pembuat pola sepatu asli Cibaduyut. Yaya, (54) salah seorang pembuat pola sepatu, Rabu, mengatakan dirinya khawatir terhadap nasib para pembuat pola sepatu lokal di Cibaduyut. "Kalau sekarang, minat anak muda yang tertarik untuk mendisain sepatu hampir ngak ada," katanya. Dikatannya, pada tahun 1980`an, mulai terjadi krisis regenerasi pembuat pola sepatu. Menurut dia, kurang dihargainya profesi sebagai pembuat pola sepatu menjadi salah satu alasan mengapa generasi muda kurang berminat menggeluti profesi tersebut. Diakuinya, memang pernah ada bantuan dari pemerintah melalui dinas perindustrian untuk menyekolahkan para pendisain sepatu lokal Cibaduyut di beberapa Perguruan Tinggi seperti ITB, namun karena kurang mendapat respon, maka bantuan tersebut tidak berhasil. Akibatnya, saat ini pembuat pola sepatu lokal asal Cibaduyut jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Itu pun rata-rata usianya sudah menginjak kepala lima. Menurut dia, maraknya brosur sepatu baru yang dibuat oleh para penjual atau toko sepatu membuat order atau pesanan untuk mendisain sepatu oleh para pendisain lokal menurun. Mereka akan mendapat pesanan untuk mendisain sepatu setelah ada permintaan dari pembeli yang melihat dari brosur. Padahal, sebelum adanya brosur tersebut, setiap harinya penjual atau pemilik toko sepatu pasti akan memberikan order kepada meraka. Di bulan Ramadhan ini, para pendisain sepatu lokal bukanya meraup untung atau banjir akan pesanan untuk mendisain sepatu. Meraka malah tidak mendapatkan pesanan untuk mendisain sepatu sepanjang bulan puasa ini. Sementara itu, Kepala Balai Perindustirian dan Perdagangan Industri Kecil dan Persepatuan, Engkos mengatakan, selama ini pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk menarik minat generasi muda, khususnya sekitar kawasan Cibaduyut agar mau berkecimpung di dunia industri sepatu, seperti menjadi pendisain sepatu. Namun respon warga masih kurang. Malah saat ini yang mengikuti pelatihan di balai tersebut ialah warga yang berasal dari luar Bandung seperti Tasikmalaya dan Bogor.(*)

Pewarta: rusla
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008