Wina (ANTARA News) - Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) memutuskan memangkas produksi untuk menghentikan kejatuhan harga minyak baru-baru ini, kata Sekjen OPEC Abdullah al Badri, Rabu. "Pasar bergerak turun sangat dramatis tetapi saya harap saat ini akan istirahat," kata Badri sehari setelah pelaksanaan pertemuan OPEC di Wina, Swiss, dimana negara-negara produsen minyak itu sepakat untuk mengurangi kelebihan produksi sebesar 520.000 barrel per hari (bph). Setelah keputusan itu, dimana kuota resmi masih dipertahankan, harga minyak naik kembali setelah turun pada hari Selasa hingga di bawah 100 dollar AS per barrel, yang merupakan titik terendah sejak April. Namun Badri menolak bahwa OPEC berusaha untuk mempertahankan batas harga minyak pada level 100 dolllar. "Kami tidak menginginkan harga minyak turun secara dramatis," katanya dengan menambahkan, "saya nyatakan bahwa kami tidak membahas batas harga". Pada diskusi Selasa malam, yang berakhir pukul 03.00 dinihari waktu setempat, lebih larut dari standar OPEC, tidak terlalu panas, kata Badri. ""Peserta sangat mempertimbangkan kepentingan OPEC dan kepentingan negara anggota, dan mereka berusaha mengadopsi kesepakatan bersama," katanya. Bertentangan dengan sejumlah pernyataan dari para negara anggota pada hari Selasa, khususnya antara negara-negara Teluk di satu sisi dengan negara-negara penganut harga secara tradisional seperti Iran dan Venezuela di sisi lain, mengindikasikan pemisahan kelompok di antara anggota kartel minyak itu. Badri menyatakan bahwa negara-negara OPEC telah mengalami kelebihan produksi dari kuota resmi sebesar 900.000 barrel per hari pada bulan Juli. Di antara negara anggota, hal itu berarti OPEC telah kelebihan produksi sebesar 520.000 barrel per hari pada bulan itu dan kelebihan tersebut yang dipangkas. "Kita memasok minyak mentah ke pasar lebih besar dari seharusnya. Kita minta agar yang mengalami kelebihan produksi kembali kepada alokasi produksi semula." Kartel minyak itu menolak untuk merinci cara pemotongan kelebihan produksi tersebut di antara negara-negara anggota tetapi Saudi Arabia yang pada bulan Juli secara tunggal kelebihan produksi 600.000 barrel per hari, diharapkan akan melakukan pemotongan terbesar. OPEC mengumumkan kuota produksi terbaru sebesar 28,8 juta barrel per hari pada Rabu pagi. Hal ini merupakan upaya melanjutkan jumlah kuota sebelumnya, minus Indonesia, yang secara resmi telah menarik diri dari keanggotaan OPEC. Beberapa waktu lalu AS mendesak sekutunya Arab Saudi untuk meningkatkan produksi ketika harga minyak naik. Arab Saudi kemudian menaikkan produksi 500.000 barrel per hari pada Mei dan Juni. Dengan harga yang turun sekarang, pertemuan OPEC ini telah menyoroti harga minimum yang diinginkan anggota grup. Iran dan Venezuela telah mengindentifikasi 100 dolar AS sebagai harga di lantai mereka, Ecuador telah memberikan referensi 110-120 dolar AS sebagai "reasonable," sementara para analis melihat Arab Saudi dan negara Teluk lainnya merasa nyaman dengan harga di bawah 100 dolar AS. "Posisi Suaudi harga itu terlalu tinggi," kata Vera de Ladoucette, seorang analis pada perusahaan konsultan energi CERA . "Saya yakin bahwa batas untuk harga itu bukan 100 dolar AS tapi 80 dolar AS. Mereka mengamati apa yang sedang terjadi dan harga telah turun, namun itu masih 12 persen di atas harga awal tahun." Menteri Perminyakan Irak Hussein al-Shahrastani mengatakan Selasa bahwa harga yang layak untuk minyak adalah "dimana mereka berada." Demikian Lapor AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008