Bangkok, (ANTARA News - Perusahaan pertambangan batubara dan produsen ethanol Thailand, Lanna Resources PCL mengatakan perseroannya merencanakan untuk membuka penambangan baru di Indonesia pada kuartal keempat untuk mengurangi dampak penutupan paksa terhadap salah satu penambangan yang dimiliknya di Indonesia. Pembukaan penembangan itu tertunda dari rencananya awal tahun ini akibat musim hujan yang deras di Indonesia, kata Direktur Pengembangan Bisnis Srihasak Arirachchkaran, Kamis, demikian diwartakan AFP. Saat ini perseroan telah mengoperasikan dua penambangan batubara di Indonesia. "Kami ingin mempercepat pengoperasian tambang ini karena ini akan membantu mengkompensasi penambangan kedua yang tutup," katanya. Bisnis batubara di Lanna Resources memberi kontribusi hampir 90 persen penjualannya dan hampir separuh bagi profitnya. Pada Juli pengadilan Indonesia membatalkan izin salah satu dari dua usaha penambangannya di negara itu, yang dioperasikan oleh anak perusahaannya di Indonesia. Lanna sendiri memiliki 55 persen saham di anak perusahaan tersebut. Pemerintah Indoensia bisa memberi izin baru bagi usaha penambangannya, namun Lanna harus bekerja dengan operator baru. Lanna merencanakan untuk membelanjakan 10 juta dolar AS tahun depan untuk mengembangkan penambangannya yang ketiga itu, yang akan memproduksi sekitar 50.000-100.000 ton tahun ini, meningkat menjadi 1,2-1,5 juta ton tahun 2009 dan dua juta ton tahun 2010, kata Srihasak. Meski terjadi penutupan tambang miliknya, dengan harga batubara dan ethanol yang meningkat akan membantu Lanna Resources mencetak pendapatan yang lebih tinggi tahun ini. "Kami masih bisa tumbuh baik dengan level atas maupun bawah, karena harga batubara dan ethanol lebih baik dari yang diperkirakan," katanya tanpa menyebutkan proyeksi spesifiknya. Harga batubara diperkirakan akan naik menjadi 60 dolar per ton di semester kedua dari semester pertama 55 dolar AS per ton, namun harga tahun depan diperkirakan akan turun seiring dengan harga minyak dunia, kata Srihasak. Lanna Resources adalah perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki produsen semen terbesar kedua di Thailand, Siam City Cement, sebanyak 45 persen.(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008