Bandung (ANTARA News) - Sebanyak 276 penumpang KA Mutiara Selatan jurusan Bandung - Surabaya, tetap berada di dalam gerbong yang terhenti akibat anjlok di kawasan hutan di Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Kamis. Mereka menunggu lokomotif bantuan untuk menarik tujuh gerbong bagian KA itu ke Stasiun Bumi Waluya. Meski anjlok, namun listrik di dalam gerbong tetap menyala karena kereta pembangkit berada di bagian belakang rangkaian KA jurusan Surabaya itu. "Para penumpang tetap di dalam kereta, listrik di kereta itu tetap berfungsi karena kereta pembangkit tak terganggu," kata Kepala Humas Daop II Bandung, Mateta Rizalulhaq. Tujuh gerbong KA berlokomotif CC-20305 dan masinis Aceng Nurdin itu terpaksa harus ditarik ke Stasiun Bumi Waluya untuk memberi jalur bagi KA crane yang akan mengangkat kereta yang anjlok. KA Mutiara mengalami anjlok satu as pada kereta atau gerbong pertama atau tepatnya di belakang lokomotif. Dengan kondisi sebagian besar gerbongnya di bagian belakang, maka KA Mutiara Selatan tidak bisa melanjutkan perjalanan dan lokomotifnya terpaksa harus menunggu di Stasiun Cipeundeuy. "Semua keretanya di belakang kereta yang anjlok, sehingga perjalanan KA Mutiara Selatan terpaksa harus menunggu kereta yang anjlok terangkat," kata Mateta. Hal itu berbeda dengan anjloknya KA Argo Wilis Sabtu lalu dimana kereta anjlok nomor dua dari belakang sehingga KA itu bisa melanjutkan perjalanan dengan memindahkan penumpangnya. Sementara itu 67 penumpang KA Argo Wilis yang tertahan di Stasiun Cipeundeuy dilakukan overstapen (penumpang dipindahkan menggunakan bus) ke Stasiun Bandung. "Perjalanan KA Argo Wilis sudah dekat ke Bandung sehingga dilakukan overstapen," kata Mateta. Ketika ditanyakan waktu yang dibutuhkan untuk mengevakuasi kereta yang anjlok, Mateta menyebutkan hanya butuh setengah hingga satu jam. Namun karena alat berat harus didatangkan dari Bandung dan Garut maka butuh waktu lebih dari satu jam. Sementara itu, sejumlah anggota Polri dari Polsek Malangbong dikerahkan untuk mengamankan lokasi KA anjlok dan gerbong lainnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008