Harare/Johannesburg, (ANTARA News) - Presiden Zimbabwe Robert Mugabe dan pemimpin oposisi Gerakan untuk Perubahan Demokrasi (MDC) Morgan Tsvangirai Kamis mencapai perjanjian yang bersejarah tentang pembagian kekuasaan, yang tampaknya akan mengakhiri kebuntuhan mereka hampir sepuluh tahun. Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki, yang menengahi perundingan-perundingan yang rumit itu, mengatakan bahwa kedua tokoh dan Arthur Mutambara, pemimpin kelompok pecahan MDC. telah menandatangani kesepakatan untuk membentuk pemerintah persatuan, namun belum ada rincian mengenai rencana itu, demikian diwartakan DPA. "Satu perjanjian telah dicapai mengenai semua hal berkaitan semua masalah, yang telah dirundingkan," kata Mbeki dalam konferensi pers. Ia menambahkan bahwa perjanjian itu akan secara formal ditandatangani Senin dengan dihadiri semua pemimpin kawasan dan pemimpin Afrika. Seusai perundingan, dengan berseri-seri Tsvangirai mengatakan,"kami telah mencapai kesepakatan". Pernyataan itu yang disambut hangat para wartawan. Mugabe, 84 tahun, juga tampak gembira saat dia meninggalkan hotel di pusat kota di mana perundingan tersebut dilangsungkan. Kesepakatan tersebut mengakhiri monopoli kekuasaan Mugabe yang telah berlangsung selama 28 tahun. Berdasarkan rancangan perjanjian yang dibentuk berdasarkan perundingan-perundingan, Tsvangirai yang memimpin perjuangan pro demokrasi di Zimbabwe selama sembilan tahun, dicatat akan menjadi perdana menteri sedangkan Mugabe masih memegang jabatan presiden, dengan dikurangi kekuasaannya. Tetapi yang dipertanyakan adalah siapa yang akan memimpin kabinet. Sumber-sumber dari kedua pihak mengatakan, bahwa satu kompromi telah dicapai, yang tampaknya Mugabe akan memimpim kabinet dan Tsvangirai memimpin dewan menteri. Persoalan-persoalan lain yang dibahas dalam pekan ini adalah berapa lama jabatan pemerintah baru. Dalam hal ini, MDC pada awalnya mengusulkan dua setengah tahun bagi pemerintah transisi, sedangkan Mugabe mendesakkan penuh, yakni lima tahun. Pengumuman kesepakatan tersebut diterima dengan hati-hati oleh banyak pihak. Negara-negara Barat mengatakan mereka hanya akan mendukung pemerintah yang dipimpin Tsvangirai. Tetapi terobosan tersebut diterima dengan gembira oleh penduduk pemukiman miskin Harare. "Semua yang saya inginkan adalah perbaikan ekonomi. Kami telah cukup menderita," kata Sam Gara, pelanggan bar di Glenview, saat mendengar berita itu. Kesepakatan, yang dicapai dalam perundingan selama sekitar delapan pekan di Afrika Selatan itu, terjadi pada akhir putaran kedua maraton yang berlangsung empat hari dari perundingan-perundingan yang diprakarsai Mbeki, antara ketiga pemimpin di Harare. Putaran pertama gagal pada Agustus lalu setelah Tsvangirai mundur dari kesepakatan karena menurunya, hal itu akan membuatnya perdana menteri tak bergigi. Sementara itu Kongres Nasional Afrika yang berkuasa di Afrika Selatan menyambut baik perjanjian itu sebagai `perjanjian penting bagi Afrika Selatan.`(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008