Karawang (ANTARA News) - PDI Perjuangan membantah bahwa padi MSP (Mari Sejahterakan Petani) gagal seperti yang diberitakan terjadi di Serdang Bedagai, Sumatra Utara, karena secara nasional produksi padi yang dikembangkan partai tersebut sebesar 1,5 hingga 2,0 kali di atas produksi padi yang biasa ditanam petani. "Kami sudah menerapkan di 17 provinsi dan hasilnya bagus semua. Sehingga kami meragukan kegagalan tersebut," kata salah satu Ketua DPP PDIP Sonny Keraf, saat meninjau penanaman padi MSP di Karawang, Jumat. Sonny yang juga mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup itu mengatakan, jika ada kegagalan maka harus dilihat apa penyebabnya, apakah petani sudah menerapkan cara-cara bertani yang benar, seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan dan juga pendampingan. Ia mengatakan, padi MSP juga pernah gagal namun padi yang lainnya yang berada di sekitarnya juga gagal karena berbagai sebab. Namun secara keseluruhan padi yang diperkenalkan pada dua tahun lalu itu, kata Sonny, berhasil karena hasilnya bahkan ada yang mencapai 16-17 ton gabah kering panen (GKP) per hektare. Sementara padi lokal hasilnya hanya sekitar 4-7ton per hektare. "Rata-rata (produksi MSP) di atas 10 ton per hektare," kata Sonny. Pada saat itu juga dibagikan data produksi padi MSP yang tinggi di berbagai wilayah. Sebelumnya, ada pemberitaan bahwa produksi padi MSP di bawah padi lokal. Sonny mengatakan bahwa pernyataan tersebut berkaitan dengan masalah pendaftaran calon anggota legislatif (caleg). Hal yang sama dikatakan oleh Kepala Departemen Riset dan Teknologi Tepat Guna PDIP Lukman Hakim. "Berita itu agak berlebihan dan meragukan," katanya. Lukman Hakim mengatakan, jika ada kegagalan maka sangat mungkin karena beda perlakuan saat melakukan penanaman dan bukannya karena bibitnya. Pada saat itu, di lahan sawah di Karawang tersebut juga dilakukan perbandingan antara padi MSP dengan jenis Ciherang. Kedua jenis padi itu diberikan perlakuan dan saat tanam yang sama. Pada hari ke-95 setelah penanaman, Lukman juga membandingkan hasil kedua jenis padi tersebut dan terlihat jumlah bulir dan besar padi MSP lebih banyak dan lebih besar. Umur padi MSP juga lebih pendek yakni 105 hari sementara Ciherang 110-120 hari serta memerlukan bibit yang lebih sedikit. Program nasional MSP dicanangkan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pada 18 Desember 2007 di Caru, Bogor. Padi MSP juga sering disebut sebagai padi Megawati Soekarnoputri. Selama ini PDIP masih memberikan bibit padi secara gratis kepada petani. PDIP juga sudah mengajukan surat kepada Deptan untuk melakukan sertifikasi terhadap padi tersebut. "Deptan mendorong percepatan (sertifikasi)," kata Lukman Hakim. PDIP mengembangkan padi tersebut karena pada saat itu prihatin Indonesia sebagai negara agraris masih mengimpor beras.(*)

Pewarta: bwahy
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008