Sidoarjo (ANTARA News) - Setelah Kamis malam "mengepung" gedung DPRD Sidoarjo, Jumat, ribuan buruh PT Artha Glory Buana (AGB), Candi, Sidoarjo "menduduki" pendopo kabupaten. Para buruh yang kebanyakan wanita ini mendesak Bupati Sidoarjo Win Hendrarso memikirkan nasib buruh yang terkatung-katung, tanpa ada kejelasan kapan haknya akan dipenuhi oleh manajemen perusahaan. Buruh pabrik di bidang garmen yang "tumplek blek" di halaman Pendopo, berusaha masuk ke dalam Pendopo. Namun tak diperkenankan, dan dijaga aparat keamanan. Hanya perwakilan buruh yang boleh masuk pendopo. "Kami akan terus bertahan di sini sampai hak kami diberikan oleh perusahaan," kata Hakam, Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN) PT AGB. Ia mengaku heran, kenapa hak yang semestinya didapatkan selalu dipersulit. Untuk itu buruh minta bantuan Bupati Sidoarjo ikut menyelesaikan masalah hak buruh ini. Hakam mengatakan, dulu sebelum menjadi bupati, Win Hendrarso pernah datang ke AGB meminta dukungan dan sekarang giliran buruh minta bantuan kepada bupati untuk memikirkan nasibnya. "Kami sudah tidak digaji selama empat bulan, uang lembur tahun 2007 dan 2008 juga tak dicairkan, THR juga tak pernah dirasakan buruh," katanya. Pertemuan perwakilan buruh (SPN) dengan Ronald Napitupulu kuasa hukum PT AGB di Pendopo diwarnai ketegangan. Pihak PT AGB ngotot hanya bisa menyediakan Rp10 miliar. Sedangkan, buruh tetap pada pendiriannya, hutang perusahaan kepada buruh sejak tahun 2007 yang mencakup uang gaji, lemburan, THR dan lainnya mencapai Rp36 miliar. Para buruh tidak meminta semua tunggakan dilunasi sekarang. Mereka hanya minta disediakan dana Rp7,5 miliar sebelum lebaran, sementara untuk pelunasan gaji kepada 1.800 buruh yang dihutang pabrik selama empat bulan, dan lainnya bisa dibayarkan belakangan. Permintaan buruh itu tidak diamini oleh kuasa hukum PT AGB, sehingga buruh sempat marah hingga terjadi ketegangan hebat di depan Bupati Win itu. Pada kesempatan itu Win meminta nomor telpon Willy Yosep, bos PT AGB, namun tidak diberi oleh Ronald Napitupulu, tanpa alasan yang jelas. Tidak lama kemudian ada kiriman fax masuk ke pendopo yang menunjukkan kondisi Willy Yosep sedang kritis dirawat di Singapura. Usai memeriksa dan membaca isi fax, Win berjanji kepada perwakilan buruh untuk menyerahkan masalah ini kepadanya. "Serahkan masalah ini kepada saya, dan insya Allah Senin (15/9) akan ada keputusan," katanya.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008