Jakarta (ANTARA News) - Phyu Mar Aung, dara berusia 21 tahun dari Myanmar terlihat sibuk akhir pekan lalu, karena ia dipercaya sebagai koordinator sukarelawan ASEAN yang menangani proyek percontohan Kelompok Inti Tripartit (Tripartite Core Group). Kelompok Inti Tripartit merupakan kelompok relawan yang beranggotakan wakil pemerintah Myanmar, ASEAN dan PBB. Ia bersama sejumlah sukarelawan lain telah melakukan berbagai persiapan beberapa hari menjelang perhelatan yang akan dihadiri Sekretaris Jenderal dan Ketua Tim Gugus Tugas Kemanusiaan ASEAN Dr. Surin Pitsuwan, Wakil Menteri Luar Negeri Myanmar dan Ketua TCG Kyaw Thu dan sejumlah pimpinan badan PBB di negara berjuluk "seribu pagoda itu" untuk menandai 100 hari pembentukan kelompok tersebut. Menjelang Surin dan tetamu datang, kesibukan Phyu, sarjana bahasa Jerman dari Universitas Yangon, dan timnya bertambah. Di tengah-tengah gerimis, Surin dan rombongannya turun dari helikopter bercat putih bertuliskan WFP yang membawanya dari Yangon, ibukota Myanmar, di helipad di desa Seik Gyi, Kotapraja Kungyangon. Kyaw Thu dan kepala perwakilan badan PBB seperti UNICEF dan UNFPA menyambutnya di bawah tangga helikopter. Seperti layaknya di Indonesia jika pejabat berkunjung ke desa, seniman dan penari setempat turut menyambut kedatangan para pembesar sebagai tanda rasa sukacita. Hal serupa juga terjadi di desa tersebut yang pada 2 Mei lalu dilanda Topan Nargis. Topan itu menewaskan lebih 100.000 orang dan ratusan lagi hilang di kawasan Delta Irrawaddy. Dengan mengendarai sedikitnya enam mobil bercat putih milik badan-badan PBB, sejumlah wartawan dari negara-negara anggota ASEAN juga mengunjungi desa itu yang dapat ditempuh dalam waktu tiga jam dari Yangon. Phyu yang juga menguasai bahasa Inggris berdiri tak jauh dari para pejabat tersebut dan siap memberikan penjelasan jika diminta. "Tiga bulan lalu kami tak melihat secercah senyum atau harapan di mata warga masyarakat," kata Surin seraya menambahkan, "Sekarang Anda bisa saksikan rasa suka cita dan harapan mereka akan masa depan. Benar-benar ini suatu kisah perjuangan untuk bertahan hidup." TCG memilih desa Seik Gyi, sebagai proyek percontohan untuk usaha-usaha pemulihan di sekitar Myanmar. Sebanyak 67 di antara 1.318 penduduk desa itu meninggal dalam bencana alam tersebut yang berlangsung malam hingga dini hari. Para penduduk yang beragama Buddha kehilangan tempat ibadah yang juga berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat. Mata pencaharian utama mereka mencari ikan dan berkebun sirih di halaman-halaman rumah. Perahu-perahu yang mereka gunakan untuk mencari ikan terutama di Sungai Toe dan kebun-kebun sirih disapu bersih oleh topan itu. Sejak itu TCG telah membantu membangun kembali tempat ibadah dan sekolah di desa itu dan menyediakan perahu-perahu beserta jaring dan motornya untuk nelayan yang telah kehilangan alat utama mereka untuk mencari ikan dan menyediakan bibit sirih. "Sebanyak 42 perahu dikerjakan oleh penduduk setempat dengan dana dari TCG. Sebagian sudah jadi dan kami memiliki data warga yang berhak untuk mendapatkan perahu," ujar Phyu. Surin Pitsuwan dan Kyaw Thu bersama-sama nelayan setempat yang berseri-seri meluncurkan dua perahu di Sungai Toe. Surin mengatakan, TCG telah mengalokasikan dana senilai 170.000 dolar AS untuk proyek Seik Gyi dan menyusul proyek-proyek berikutnya di dua desa lagi di pedalaman di Delta Irrawady yang merupakan lumbung padi di Asia selain kawasan Sungai Mekong. Badan PBB sebagai bagian dari TCG semisal UNICEF dan UNFPA tak tinggal diam dan bergerak cepat pada pekan-pekan pertama kawasan itu dilanda topan. Ramesh Shrestha, wakil UNICEF di Myanmar, mengatakan pihaknya telah membangun sedikitnya 2.000 sekolah sementara yang tersebar di kawasan itu. Anak-anak di antaranya terpaksa belajar di 200 tenda yang dibangun UNICEF. Mereka juga membangun sumur-sumur baru karena sumur-sumur lama terkontaminasi saat topan melanda. Di salah satu sumur baru, Sesjen ASEAN mencoba memperagakan di hadapan Ketua TCG dan pejabat PBB bagaimana menimba air dengan sebuah ember yang dikaitkan di sebatang bambu. Tampaknya ia terkenang saat-saat masih kecil menimba air di sumur di kampung halamannya di Thailand Selatan. "Banyak sumur di sejumlah kawasan tercemar karena dibangun dekat toilet," kata Krongkeaw Sritaborvornpaiboon, rekan Phyu dari Thailand. "Kami perlu mendidik warga." Ia mencemaskan beberapa penyakit seperti demam berdarah dan malaria akan muncul. Daniel Baker, wakil Dana Populasi PBB (UNFPA) di Myanmar, menceritakan sumbangan yang diberikan badannya bagi para korban Topan Nargis. "Kami pasok obat-obatan dan perlengkapan untuk para korban terutama ibu-ibu hamil dan anak-anak balita," ujarnya. "Klinik bergerak pun tersedia." Baker pun memperkenalkan sejumlah wanita setempat, di antaranya berperan sebagai bidan, yang membantu kegiatan badan itu. Walau usaha-usaha TCG untuk memperbaiki kerusakan fisik dan mental telah mencapai kemajuan berarti tapi badan-badan tersebut masih mencemaskan keberlanjutan kegiatan-kegiatan ke depan. Sebuah laporan yang dikeluarkan TCG pada Juli memperkirakan dana sebesar 1 miliar dolar AS dibutuhkan dalam tiga tahun mendatang untuk menangani 2,4 juta korban topan itu. Menurut Surin, setengah di antaranya sudah diperoleh dari berbagai kalangan di ASEAN. Kyaw Thu mengatakan, bantuan yang diberikan hendaknya berimbang sehingga tidak menimbulkan jurang pemisah. Baik Sesjen ASEAN Surin Pitsuwan maupun pejabat lainnya merasa senang dengan apa yang dilihatnya saat kunjungan ke Seik Gyi termasuk anak-anak sekolah dasar di desa itu dapat belajar kembali di sekolah mereka yang juga dihantam topan. Tentu saja jasa dan usaha tak kenal lelah Phyu dan rekan-rekannnya dan tokoh masyarakat setempat tak dapat dilupakan untuk mengembalikan roda kehidupan di Seik Gyi berjalan normal. "Saya sangat gembira dengan usaha-usaha tulus dan kerja keras rekan-rekan sukarelawan dan warga setempat sehingga perhelatan ini berjalan sukses. Lebih dari itu, tampak senyum mengembang di setiap bibir warga pertanda mereka menyambut gembira uluran tangan saudara-saudaranya dari negara lain khususnya ASEAN dan Indonesia sebagai salah satu anggotanya," kata Phyu. (*)

Oleh Oleh Mohammad Anthoni
Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008