Tangerang (ANTARA News) - Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengatakan citra minyak kelapa sawit dengan sengaja dibuat negatif di Eropa karena disinyalir adanya persaingan bisnis sejenis dari sejumlah negara produsen minyak lainnya. " Citra sawit itu sengaja dibuat negatif dan dianggap bermasalah tentang lingkungan dan merusak hutan ketika awal membudidayakan," kata Mentan di Tangerang, Bantren, Selasa. Mentan mengatakan masalah tersebut, ketika berada di ruang VIP terminal I Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten, seusai melakukan kunjungan kerja ke Parlemen Uni Eropa (UE) di Brussel, Belgia. Pernyataan tersebut terkait parlemen UE komisi Industri, teknologi, riset dan energi sedang melakukan pembahasan akhir konsep energi keterbarukan dan kwalitas bahan bakar, saat ini akan memasuki tahap voting pada rapat pleno Oktober 2008 mendatang. Namun ketentuan UE itu akan berdampak lansung terhadap Indonesia dan Malaysia yang saat ini sebagai pemasok minyak sawit terbesar di dunia sebanyak 85 persen kebutuhan minyak sawit dunia. Selama Tahun 2007 lalu Indonesia memproduksi 16,9 Juta ton minyak sawit, sementara Malaysia sebanyak 15,82 juta ton. Dia mengatakan, ketika berdialog dengan para parlemen UE bahwa Indonesia sangat peduli terhadap penerapan konsep pembangunan industri kelapa sawit yang lestari. Bagi Indonesia, minyak sawit adalah industri sangat penting yang memberikan kehidupan kepada jutaan penduduk serta menopang program pemberantasan kemiskinan. Namun begitu, ada upaya bagi sejumlah negara di Eropa untuk menawarkan minyak kedelai dan biji bunga matahari sebagai pengganti minyak sawit. Menurut dia, pembukaan lahan untuk kedelai dan bunga matahari akan lebih parah ketimbang sawit karena rentang waktu tanam hanya selama enam bulan setelah itu areal akan gundul kembali, sedangkan sawit mencapai 25 tahun. Dia mengatakan, di Indonesia terdapat 190 juta hektar lahan sawit dan 133 hektar areal hutan dan 86 juta hektar diantaranya masih dalam kondisi utuh, sedangkan lahan pertanian hanya 36 juta hektar. Pada prinsipnya, keberatan UE itu karena persaingan dagang sehingga sengaja menjelekkan citra kelapa sawit dari Indonesia. Dia menambahkan, ketentuan UE terkait minyak sawit yang akan menimbulkan banyak hambatan dan menghadapi kesulitan untuk ekspor ke Eropa. Namun posisi Indonesia meminta UE memperlakukan minyak sawit secara adil dengan minyak nabati lainnya, dan meminta agar persepsi negatif tersebut harus berdasarkan data ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.(*)

Pewarta: rusla
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008