Medan (ANTARA News) - Hujan es yang jatuh di sebagian kecil Kota Medan hari Kamis merupakan fenomena alam biasa akibat pemanasan suhu lokal yang tinggi. Analis Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah I Medan Agus Syafril menganalisa kejadian itu sebagai pengaruh dari gerakan semu matahari menuju garis equator di Pekanbaru, Riau. Semakin dekat matahari menuju equator, maka cahaya yang dihasilkan semakin tinggi dan membentuk gumpalan awan Comulonimbus (CB) setelah dipengaruhi kelembaban udara musim hujan di Sumut. Dari pengamatan Stasiun Geofisika Tuntungan, Kamis kemarin, pembentukan awan CB setebal 13,8 km pada ketinggian 200 meter dari permukaan bumi menyebabkan terjadinya hujan es. Hujan es selama tujuh menit kemudian jatuh di wilayah Perumnas Simalingkar, Medan Tuntungan dan sekitarnya. Hujan es yang turun pukul 15.02 WIB dan diteruskan hujan air selama sekitar satu jam itu berasal dari awan CB dengan jenis awan konveksi. "Air hujan yang turun itu melewati udara dingin dibawah nol derajat Celcius pada awan setebal 13,8 meter telah menyebabkan berbentuknya batangan es. Namun sebelum sampai ke bumi berubah menjadi butiran es karena harus melewati atmosfir," jelas dia. (*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008