New York,(ANTARA News) - Harga minyak mentah melonjak pada Jumat waktu setempat, setelah pemerintah AS mengatakan sedang mengerjakan sebuah rencana komprehensif untuk menyelamatkan sistem perbankan. Sebagaimana dilaporkan AFP, kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Oktober, melonjak 6,67 dolar AS menjadi ditutup pada 104,55 dolar AS per barrel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan November meningkat 4,42 dolar AS menjadi mantap pada 99,61 dolar AS per barrel. "Harga terus meningkat karena kepercayaan kembali pulih, didorong oleh sebuah rencana penyelamatan oleh pemerintah AS selain terjadinya gangguan dari sisi pasokan," kata Kevin Norrish, seorang analis pada Barclays Capital di London. Pemerintah AS mengatakan pihaknya telah menetapkan sebuah rencana penyelamatan untuk menyelesaikan menggunungnya hutang tak tertagih yang merongrong bank-bank selama tahun yang lalu. Menteri Keuangan Henry Paulson mengatakan Jumat sebuah rencana penyelamatan sektor finansial yang bermasalah akan memakan biaya "ratusan miliar" dolar AS. "Tentu pertanyaan besarnya adalah apakah semua ini berjalan sesuai rencana atau kita akan kembali mengalami Black Monday," kata Phil Flynn, analis pada Alaron Trading. "Jika pasar terjaga, permintaan minyak akan rebound," kata dia. Flynn mengatakan, "Saya pikir langkah the Fed itu akan menyelamatkan pasar dan harga minyak dapat diuntungkan dalam jangka pendek. Namun disana masih akan ada kejatuhan ekonomi dari krisis global ini yang akan mengurangi permintaan." Di tengah ketidakpastian finansial, dolar turun terhadap euro, dan mata uang tunggal Eropa itu dipatok sekitar 1,45 dolar AS. Melemahnya dolar membuat minyak dan komoditi lainnya yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih menarik untuk para pembeli yang menggunakan mata uang kuat. Para investor juga fokus pada fundamental pasar. Harga minyak mendapat dukungan dari masalah pasokan di Teluk Meksiko dan Nigeria. Produksi minyak mentah Teluk Meksiko telah hampir semuanya ditutup sejak Badai Gustav dan Ike menerjang kawasan tersebut, yang biasanya menghasilkan 1,3 miliar barrel minyak mentah per hari. Menurut departemen dalam negeri AS, setelah hampir sepekan Badai Ike, belum 10 persen produksi yang berjalan kembali. Di Nigeria, produsen minyak terbesar kedua di Afrika, kelompok militan di bagian selatan Nigeria, Gerakan Emansipasi Delta Niger (MEND), mengatakan telah menghancurkan pipa utama penyaluran minyak milik Royal Dutch Shell. Serangan itu merupakan yang kelima kali terhadap fasilitas milik Shell di Rivers State, pusat industri minyak Nigeria, selama sepekan. Sejak muncul pada awal tahun 2006, MEND yang berjuang agar warga lokal di bagian Selatan Nigeria mendapat saham yang lebih besar dari perolehan penjualan minyak, telah memangkas produksi minyak Nigeria lebih dari seperempatnya.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008