Jakarta (ANTARA News) - Bali sejak beberapa tahun lalu mulai mandiri dalam pengadaan semen beku untuk kepentingan kawin suntik pada ternak sapi yang sebelumnya tergantung pada pasokan pemerintah pusat. "Pengadaan semen beku untuk inseminasi buatan (IB) setiap tahunnya tidak kurang dari 40.000 dosis untuk memenuhi kebutuhan daerah kita (Bali)," kata Kepala Dinas Peternakan Propinsi Bali Ir Ida Bagus Ketut Alit di Denpasar, Sabtu. Dari sasaran pengadaan semen beku tersebut, hingga akhir Agustus sudah terealisasi 23.250 dosis dan sisanya 16.750 dosis bisa terealisasi akhir Desember 2008. Setiap dosis dijual kepada peternak Rp4.000 sehingga menberi kontribusi penting bagi meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD). Ida Bagus Alit menambahkan, unit pelaksana teknis daerah (UPTD) Dinas Peternakan Propinsi Bali mempunyai kapasitas memproduksi 50 ribu dosis IB setiap tahunnya. Sedangkan kebutuhan Bali maksimal 40 ribu dosis sehingga sisanya bisa diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan ternak daerah lain, seperti kawasan timur Indonesia. Bagus Alit menjelaskan, dalam memproduksi semen beku IB tetap mempertahankan kemurnian sapi Bali sebagai satu-satunya sumber "plasmanutfah" yang hingga kini menjadi aset nasional. Sapi Bali mampu menyaingi sapi-sapi yang ada di Indonesia, baik untuk pengembangan bibit maupun demi keperluan konsumsi/sapi potong. Mutu sapi Bali cukup unggul dibanding dengan sapi-sapi lainnya di Tanah Air, termasuk sapi impor, sehingga menjadi rebutan pengusaha. Ia menambahkan, kapasitas produksi inseminasi buatan di UPTD Baturiti masih bisa ditingkatkan sesuai kebutuhan, mengingat telah memiliki 14 sapi pejantan sebagai sumber sperma. Balai tersebut dilengkapi alat otomatik untuk membagi semen beku dalam proses produksi IB yang sangat membantu dalam penentuan mani beku untuk keperluan sekali kawin suntik pada ternak sapi. Seekor sapi pejantan yang telah memenuhi persyaratan secara teknis, setiap sepekan dua kali diambil air maninya, setelah diproses laboratorium menghasilkan 150-200 dosis, ujar Ida Bagus Alit. (*)

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2008