Jakarta, (ANTARA News) - Kedatangan tiga jet tempur Sukhoi dari Rusia masih terganjal persetujuan DPR. "Sekarang kami masih menunggu persetujuan DPR, karena tanpa persetujuan L/C tak bisa keluar. Memang lama, tapi ini prosedur dan mekanisme yang harus dijalankan. Kita tunggu saja," kata Dirjen Sarana Pertahanan Departemen Pertahanan Marsekal Muda Eris Herriyanto ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Sabtu. Ia menegaskan, Dephan dan TNI AU sebagai pengguna, kini menunggu persetujuan DPR. "Kami sih maunya cepat, sehingga tiga unit Sukhoi itu dapat segera tiba dan digunakan untuk mendukung pertahanan udara nasional," ujar Eris. Sementara itu Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Subandrio yang mengatakan, "Seharusnya, tidak perlu terlalu lama karena ini kan pengadaan lama yang sudah diketahui dan diproses oleh pihak-pihak terkait termasuk Departemen Keuangan. Apalagi yang ditunggu?," katanya. Perjanjian pinjaman (loan agreement) pembelian enam unit pesawat tempur Sukhoi dari Rusia untuk TNI Angkatan Udara, Jumat (5/9) ditandatangani oleh Departemen Keuangan dan Bank Natixis Prancis di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian. Hadir dalam acara tersebut perwakilan Departemen Pertahanan dan pihak Rosoboronexport (produsen) yang diwakili agennya di Indonesia Tri Mega. Perjanjian pinjaman itu akan diserahkan ke DPR untuk mendapat persetujuan sebelum diserahkan ke Bank Indonesia (BI) guna mendapatkan L/C. Kepala Staf Angkatan Udara menambahkan, dengan ditandatanganinya `loan agreement` pembelian enam unit Sukhoi dari Rusia itu, maka diharapkan tiga pesawat pertama sudah dapat tiba di Indonesia dalam waktu dekat bahkan bisa dipamerkan dalam HUT ke-63 TNI 5 Oktober mendatang. Namun, dengan belum adanya persetujuan dari DPR maka kemungkinan besar kedatangan tiga Sukhoi pada 2008 akan mundur dari jadwal semula. Ketika menjawab ANTARA ia mengatakan, enam Sukhoi yang datang secara bertahap pada 2008 dan 2009 sangat mendesak untuk meningkatkan daya tempur TNI AU. Perusahaan Rusia penghasil pesawat tempur, Sukhoi, pada 21 Agustus 2007, mengumumkan penjualan enam pesawat tempur kepada Indonesia senilai 300 juta dollar AS (Rp2,85 triliun). Enam pesawat itu terdiri atas tiga SU-30 MK2 dan tiga SU-27 SKM, yang akan melengkapi empat pesawat Sukhoi yang sudah dimiliki TNI Angkatan Udara (TNI-AU) sejak September 2003. Penandatanganan nota kesepahaman bagi pengadaan enam pesawat tempur ini berlangsung saat pembukaan Pameran Kedirgantaraan Moskwa 21 Agustus 2007.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008