Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membantah dirinya selama memerintah telah melakukan kebijakan yang menghambat kebebasan berbicara masyarakat. "Ini ada saya baca di koran, katanya Pemerintah kok tidak menginginkan ada kebebasan berbicara. Empat tahun ini kita sama-sama mengalami, kurang apa? Kadang-kadang presiden dicaci maki atas nama freedom, unjuk rasa berapa banyak, talk show, spanduk, iklan, segala macam. There are freedom," kata Presiden di hadapan lulusan program pendidikan reguler angkatan 41 Lemhanas RI di Istana Negara, Jakarta, Senin. Menurut Presiden, pada masa pemerintahannya ini, kebebasan berbicara, kebebasan pers dan kebebasan berkumpul telah berjalan dengan baik. "Tidak ada orang yang tiba-tiba ditangkap, dimasukkan ke penjara tanpa proses hukum sebagaimana era yang dulu," katanya. Presiden menambahkan dirinya juga tidak pernah memaksakan kehendaknya untuk meminta polisi menangkap para pengunjuk rasa yang menentang kebijakannya karena melakukan unjukrasa bukanlah kejahatan. Hal ini berbeda dengan melakukan atau memimpin aksi kekerasan yang merugikan orang banyak, sehingga tindakannya itu harus dipertanggungjawabkan secara hukum. "Sudah empat tahun kita seperti ini, malah ada yang mengatakan ini ekstrim freedom yang sedang mencari bentuknya daripada kita tidak demokratis, dibelenggu sana sini. Jadi biarkan mekar kebebasan demokrasi, tapi harus bersamaan dengan rule of law," katanya. Sebelumnya Ketua Komite Bangkit Indonesia, Rizal Ramli menuduh Presiden telah menghambat kebebasan berbicara masyarakat, dengan menangkapi aktor perencana sejumlah unjuk rasa anti kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008