Jakarta, (ANTARA News) - Produktivitas pertanian global yang lambat dan tidak dapat menyamai pertumbuhan penduduk, ditambah pengaruh tingginya harga bahan bakar, menjadikan harga produk pangan tetap tinggi hingga 2012. "Dengan analisa itu, tren jangka pendek harga turun, tapi tidak banyak. Tren jangka panjangnya antara 2011-2012 harga pangan masih tinggi, tapi tidak bergejolak seperti awal 2008," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, Achmad Suryana, di Jakarta, Rabu. Achmad menjelaskan selama Mei 2007-2008 kenaikan harga padi mencapai 200 persen, gandum 47 persen, dan jagung 29 persen. Setelah Mei 2008, lanjut dia, harga pangan kembali mulai menurun, namun belum mencapai keseimbangan harga seperti Mei 2007. Beberapa penyebabnya trend ini, antara lain keterkaitan antara biofuel dengan pangan yang mempengaruhi perilaku pasar sehingga permintaan tinggi. Selain itu, masuknya komoditas pangan dalam bursa komoditi menyebabkan instabilitas harga yang tinggi. Selain itu, rasio stok terhadap konsumsi pangan dunia juga tidak besar. Achmad menyebutkan rasio stok dan konsumsi padi sebesar 32 persen, gandum 37 persen dan jagung mengalami penurunan dari 20 persen menjadi 17 persen. "Kecemasan pasar juga menyebabkan tingginya harga,"ujarnya. Oleh karena itu, lanjut Achmad, pemerintah berupaya untuk meningkatkan produktivitas pangan dengan memprioritaskan investasi dalam bidang riset dan pembangunan infrastruktur pertanian. Investasi bidang riset yang dilakukan pemerintah, antara lain dengan mencari bibit tanaman baru yang lebih produktif, menemukan cara tanam baru yang efektif dan dapat mengantisipasi berbagai perubahan iklim. "Yang penting juga harus `de-link` atau melepaskan kembali keterkaitan antara bahan pangan dan bahan bakar. Paling tidak untuk 10 tahun ke depan karena permintaan pangan terus meningkat,"tambahnya. Achmad mengungkapkan Deptan sedang mengembangkan varietas padi yang dapat merespon perubahan iklim, tahan rendaman air serta cengkraman kekeringan. Pemerintah, lanjut Achmad juga memprioritaskan pembangunan irigasi pertanian dan rehabilitasi irigasi yang ada untuk meningkatkan indeks penanaman. "Dengan rehabilitasi, kita bisa meningkatkan indeks penanaman yang sekarang 1,6 - 1,0 jadi naik 2 - 2,5 per tahun. Tanpa luas lahan kita bisa menambah luas tanam," tuturnya. Selain itu, pemerintah juga mengupayakan diversifikasi konsumsi pangan agar tekanan kebutuhan pangan tidak hanya pada beras, tetapi juga sumber karbohidrat lokal lainnya seperti cassava, ubi jalar, dan sagu.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008