Jakarta (ANTARA News) - Panglima Kodam Jaya Mayjen TNI Darpito Pudyastungkoro mengemukakan, peringatan Hari Kesaktian Pancasila bukan bertujuan membuka luka lama, apalagi melestarikan rasa dendam di antara sesama anak bangsa. "Peringatan Hari Kesaktian Pancasila, salah satunya melalui gelar tahlil dan doa bagi tujuh pahlawan revolusi, semata untuk mengenang dan memberikan penghargaan bagi para pahlawan tersebut," katanya, di Jakarta, Selasa. Berbicara pada acara tahlil dan doa bersama bagi tujuh Pahlawan Revolusi di Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, Jakarta, Selasa, Pangdam Jaya Darpito mengatakan, ditetapkannya Hari Kesaktian Pancasila diharapkan dapat memberikan pelajaran bagi semua pihak termasuk generasi muda bangsa agar tidak terjadi lagi kejadian serupa. Lebih dari itu, peringatan Hari Kesaktian Pancasila dapat menjadi `prasasti` kewaspadaan bagi semua pihak agar bahaya laten komunis tidak muncul lagi di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), lanjut Darpito. Diungkapkannya, kekejaman yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) tidak hanya terjadi pada 1948 di Madiun dan 1965 di Jakarta, namun juga sudah beberapa kali seperti di Bandar Betsi (Sumatera Utara), Blitar Selatan, dan Banyuwangi. "Jumlah korbannya sangat banyak mulai dari kalangan ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat kebanyakan," ujarnya, menambahkan. Pemberontakan PKI terhadap bangsa Indonesia, tambah Darpito, merupakan fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri. Karena itu, generasi muda jangan lengah hingga dapat dipengaruhi atau dibelokkan ideologinya dengan memahami peristiwa tersebut melalui peringatan Hari Kesaktian Pancasila. "Jika kita tidak waspada, maka generasi muda dimanfaatkan untuk memutarbalikkan fakta sejarah yang akhirnya membingungkan dan membuka peluang bagi bangkitnya kembali komunis di Indonesia," tutur Pangdam Jaya. Hal senada dilontarkan, perwakilan keluarga tujuh pahlawan revolusi, Riri DI Pandjaitan yang mengatakan, peringatan Hari Kesaktian Pancasila merupakan salah satu bentuk penghargaan dan perhatian pemerintah terhadap apa yang dialami tujuh Pahlawan Revolusi dalam pemberontakan PKI 43 tahun silam. "Peringatan ini harus tetap ada, agar generasi dapat memahami apa yang terjadi, terhadap ideologi Pancasila. Dan dapat menjadi pembelajaran bagi bangsa Indonesia, bahwa PKI pernah berkhianat," katanya. Riri DI Pandjaitan menambahkan, peringatan Hari Kesaktian Pancasila dapat menjadi tameng bagi upaya sekelompok orang dan golongan yang ingin memutarbalikan fakta sejarah tentang pemberontakan G30S/PKI atau kekejaman PKI secara umum. "Kami sebagai bagian dari keluarga korban dan sejarah bangsa ini, dapat memberikan satu kesaksian sejarah yang benar kepada generasi muda dan penerus bangsa ini," ujarnya. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008