Paris (ANTARA News) - Para pemimpin Inggris, Prancis, Jerman dan Italia dalam pertemuan darurat mereka, Sabtu, menjanjikan akan membantu bank-bank dan institusi keuangan yang dibelit masalah, tetapi juga akan memberikan sanksi kepada pimpinan bank-bank yang gagal, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy menyatakan. Kuartet itu juga mengeluarkan seruan bersama bagi digelarnya sesegera mungkin pertemuan kelompok negara industri maju Kelompok Delapan (G8) untuk mengkaji undang-undang yang mengatur-pasar finansial, kata Sarkozy dalam sebuah konferensi pers. Sarkozy mengatakan keempat negara tersebut akan melakukan intervensi untuk membantu institusi-institusi komersial dalam masalah, namun mereka tidak akan melakukan penalangan dana (bailout) dan otoritas akan menghukum para eksekutif dan pemegang saham berdasarkan aturan dari paket penyelamatan. "Kami telah sepakat untuk membuat sebuah perjanjian yang sungguh-sungguh sebagai dukungan para kepala negara dan pemerintahan kepada institusi perbankan dan finansial dalam menghadapi krisis," katanya, sep[erti dikutip AFP. "Dalam hal dukungan pemerintah terhadap sebuah bank yang kesulitan, setiap negara anggota telah memutuskan bahwa setiap eksekutif yang gagal akan mendapat sanksi dan para pemegang saham akan memikul beban dari intervensi," kata Sarkozy. Sarkozy mengatakan struktur bonus untuk para eksekutif puncak akan diperbaiki dalam upaya mencegah pemberian insentif yang berlebihan dan mengundang risiko serta memerangi apa yang dapat kami sebut "kepentingan jangka pendek". Dan mereka sepakat untuk memperlihatkan fleksibilitas ketika menerapkan peraturan bantuan negara-negara Eropa yang keras -- seperti dilakukan dalam kasus di Inggris, dimana pemerintahan Brown dengan mengusulkan kesepakatan merger antara Lloyds-TSB dan HBOS. Dia menyerukan dibentuk "satuan tugas yang terdiri atas para regulator, bank sentral dan kementerian" untuk meningkatkan monitoring atas respon yang terkoordinasi. Kelompok tersebut bertemu untuk mencari sebuah respon yang terkoordinasi terhadap terganggunya aliran kredit (credit crunch), yang telah menyedot likuiditas dari bank-bank dan pasar-pasar saham serta mendorong pengendoran pertumbuhan suku bunga. Kanselir Jerman Angela Merkel meminta negara-negara Eropa "mengambil tanggung jawab mereka pada level nasional" untuk bank-bank yang mengalami krisis, dengan hati-hati agar tidak mengganggu negara Eropa lainnya. Jean-Claude Juncker, Perdana Menteri Luxembourg dan pemimpin grup zona euro, mengatakan Sabtu, setelah pertemuan mini dari kekuatan ekonomi Eropa, bahwa perjanjian stabilitas yang menerapkan peraturan untuk ekonomi-ekonomi yang menggunakan euro harus "dihormati" meski keuangan internasional krisis. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2008