Jenewa, (ANTARA News) - Kesejahteraan orang yang kehilangan tempat tinggal dan orang miskin di dunia kian menghadapi ancaman sementara masyarakat internasional berjuang menghadapi gabungan tantangan global, demikian peringatan pejabat tinggi pengungsi PBB, Senin. Tantangan itu berasal mulai dari perubahan iklim dan kesenjangan ekonomi hingga peningkatan persaingan akan sumber daya, kata Antonio Guterres, Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengunsi (UNHCR). Situasi tersebut bertambah rumit oleh guncangan pasat keuangan di seluruh dunia, bertambah-buruknya kondisi ekonomi global dan gangguan pembangunan di kancah politik, kata Guterres pada suatu pertemuan di Jenewa, seperti diwartakan Xinhua. Menurut pejabat itu, perubahan iklim, kemiskinan parah dan konflik makin berkaitan erat. Akibatnya ialah pengungsian paksa meningkat, yang disertai oleh tuntutannya pada badan pengunsi PBB tersebut. Pada penghujung 2007, terdapat 11,4 juta pengungsi, dan jumlah itu bertambah. Jumlah orang yang menjadi pengunsi di dalam negerinya --mereka yang, tak seperti pengungsi, tidak menyeberangi perbatasan tapi kehilangan tempat tinggal dan tetap berada di dalam perbatasan negeri mereka sendiri-- juga bertambah. Dari sebanyak 26 juta orang yang menjadi pengungsi di dalam negeri mereka akibat konflik bersenjata, UNHCR sekarang menghadapi sebanyak 14 juta orang di 28 negara --lebih dua kali lipat jumlah orang yang harus ditanganinya pada 2005. Guterres mengatakan UNHCR harus menerima dana yang memadai jika lembaga tersebut ingin dapat melaksanakan mandat perlindungannya. Usul anggaran tahunan UNHCR yang telah diubah untuk 2009 ialah 1,275 miliar dolar AS, dengan proyeksi tambahan 535 juta dolar AS bagi program tambahan. "Meskipun kami berbuat semaksimal mungkin untuk memperkecil biaya, anggaran kami tak memungkinkan kami untuk memenuhi kebutuhan global penerima bantuan kami," kata Guterres. "Dengan tingginya harga makanan dan energi, kesejahteraan mereka sangat terancam. Pada saat yang sama, kami diminta untuk berbuat lebih banyak lagi guna menanggapi tuntutan yang kian besar," katanya.(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008