Jerusalem, (ANTARA News) - Amerika Serikat takkan mengizinkan Israel menyerang instalasi nuklir Iran selama tentara Amerika ditempatkan di Irak, demikian laporan stasiun televisi Israel yang mengutip sumber diplomatik tanpa nama, Senin. Seorang pejabat Israel yang menyertai Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dalam kunjungan ke Moskow tak bersedia mengomentari laporan tersebut. Olmert terbang ke Moskow untuk mendesak Rusia agar tak menjual teknologi senjata dan rudal canggih ke Iran dan Suriah, demikian diwartakan Reuters. Laporan yang disiarkan oleh Channel 10 itu menyatakan setiap serangan terhadap Iran akan membuat pasukan AS yang ditempatkan di Irak rentan terhadap pembalasan. Tergantung siapa yang menjadi presiden berikutnya AS, tentara AS dapat berada di Irak dari waktu kurang dari dua tahun hingga tanpa batas. Kalau terpilih, Barack Obama ingin menarik tentara AS dalam waktu 16 bulan sejak ia memangku jabatan pada Januari 2009, sementara John McCain, pendukung kuat perang Irak, telah menolak untuk memberi kerangka waktu dan mengatakan tentara AS dapat berada di sana tanpa batas waktu yang ditetapkan. Channel 10 menambahkan bahwa karena Israel mulai menyadari bahwa upaya internasional dan sanksi PBB yang ditujukan untuk menghentikan program nuklir Republik Islam Iran akan gagal, Israel memahami bahwa negara tersebut pada suatu hari harus berhadapan dengan Iran yang bersenjata nuklir. Barat menuduh Iran secara diam-diam membuat senjata nuklir dengan kedok program sipil. Teheran menyatakan negara itu berusaha memperoleh teknologi nuklir semata-mata untuk menghasilkan energi listrik. Menurut laporan tersebut, beberapa pejabat di Kementerian Luar Negeri pimpinan Tzipi Livni sedang menyusun dokumen kebijakan untuk mempersiapkan diri menghadapi Iran yang bersenjata nuklir. Livni telah dicalonkan untuk membentuk pemerintah koalisi baru dan jika berhasil, ia akan mengambil-alih jabatan perdana menteri dari Olmert, yang meletakkan jabatan bulan lalu dalam skandal korupsi. Olmert tetap menjadi perdana menteri sementara sampai pemerintah baru terbentuk. Meskipun tampaknya tak meyakinkan dalam beberapa masalah lain, Olmert, dalam pembicaraan di Moskow dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, terbukti dapat memiliki landasan bersama mengenai masalah penghentikan program pengayaan uranium Iran, kata seorang pejabat Israel kepada wartawan. Teheran bulan lalu menolak resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntutnya menghentikan kegiatan pengayaan uranium.(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008