Tokyo (ANTARA) - Minyak naik tipis di awal perdagangan Asia pada Jumat pagi, dengan minyak mentah AS diperdagangkan mendekati tertinggi dua bulan setelah OPEC setuju untuk meningkatkan pembatasan produksi hampir 50 persen pada awal 2020, meskipun kartel berhenti menjanjikan langkah-langkah lebih lanjut setelah Maret.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik tipis dua sen menjadi diperdagangkan di 58,45 dolar AS per barel pada pukul 01.01 GMT (08.01 WIB). WTi naik ke level 59,12 dolar AS per barel pada Kamis (5/12/2019), tertinggi sejak akhir September.

Baca juga: Minyak sedikit berubah meskipun OPEC+ berencana memperdalam pemotongan

Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent sedikit menguat satu sen menjadi diperdagangkan pada 63,40 dolar AS per barel. Minyak WTI turun 0,6 persen pada Kamis (5/12/2019).

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya termasuk Rusia -- sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ -- telah sepakat untuk lebih banyak melakukan pengurangan produksi guna mencegah kelebihan pasokan awal tahun depan karena pertumbuhan ekonomi mandek di tengah perang dagang AS-China.

Perjanjian, yang perlu diadopsi secara resmi pada Jumat nanti, akan mengurangi produksi 500.000 barel per hari (bph), melalui kepatuhan yang lebih ketat dan beberapa penyesuaian. Grup telah menahan 1,2 juta barel per hari dan jumlah baru mewakili sekitar 1,7 persen dari produksi minyak global.

"Keputusan ini tampaknya lebih merupakan langkah pekerjaan rumah yang akan mempersempit kesenjangan antara target mereka saat ini dan kepatuhan yang telah kita lihat dari aliansi," kata analis pasar senior Edward Moya di OANDA.

Panel menteri yang mewakili OPEC dan produsen non-OPEC yang dipimpin oleh Rusia merekomendasikan pemotongan dilakukan, menurut Menteri Energi Rusia Alexander Novak pada Kamis (5/12/2019).

Detail perlu dituntaskan pada pertemuan OPEC+ yang akan dimulai Jumat di Wina.

Harga minyak yang lebih tinggi juga mendukung penawaran umum perdana (IPO) perusahaan minyak milik negara Saudi Arabia, Saudi Aramco, yang mengatakan pada pihaknya memberikan harga saham pada penjualan di atas kisaran yang ditunjukkan.

Penjualan tersebut merupakan IPO terbesar di dunia, mengalahkan 25 miliar dolar AS pencatatan Alibaba Group Holdings pada 2014, tetapi gagal menilai Aramco sebesar dua triliun dolar AS, target yang dicari oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.

Investor asing menjauh dan penjualan dibatasi untuk individu Saudi dan investor regional.

Baca juga: Minyak melonjak dipicu penurunan stok AS, pembatasan produksi OPEC
Baca juga: Harga minyak naik, ditopang pembicaraan pembatasan pasokan OPEC+

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2019